Sega dan Ampi
Ini cerita ingatanku pada tahun 2009 di kota Banjarmasin.
Tama berjalan dengan sangat cepat, aku mengikutinya tanpa tahu mau ke mana Tama. Karena penasaran aku kemudian bertanya dengannya.
“Kamu mau ke mana Tam?”
Tama tetap berjalan dengan cepat tanpa menghiraukan pertanyaanku.
Kemudian aku lihat ada Renardi Sega sedang duduk sendirian di tanah, dan bersandar di bawah pohon samping kantin sekolah. Ternyata Tama berjalan cepat dari tadi itu untuk mendatangi Sega.
“Eh Sega, kamu orang yang tidak tahu diri ya, kamu itu gila, keluarga kamu gila, sangat tidak cocok berada dalam lingkungan sekolah ini. Apalagi kalau kamu dekat dengan Ampi. Kamu bisa dengar perkataan aku dengan baik tidak,” kata Tama pelan tapi aku masih bisa mendengarnya.
Tama memegangi kerah bajunya Sega yang membuat Sega mau tidak mau berdiri dari duduknya tadi. Tanpa perlawanan.
“Sega dan Ampi adalah dua nama yang sudah ditakdirkan, tapi Sega yang dimaksud tuhan bukanlah Sega kamu!” teriak Tama, lalu melepaskan genggaman tangannya dari kerah baju Sega lalu mendorongnya.
Aku hanya diam hanya bisa melihatnya dan tidak bisa berkata apa-apa. Karena di sisi lain aku juga mendukung tindakan Tama itu.
“Karena Sega jatuh cinta deng ....”
“Tama!” teriakku sangat kencang memotong berkatannya Tama. Tama dan Renardi Sega kemudian melihat ke arahku.
“Kamu juga orang yang paling sulit untuk dinasehati Ga,” kata Tama yang kemudian berjalan menghampiriku dengan tatapan yang tajam lalu berjalan meninggalkan tempat itu.
***
"Kata mereka,
orang yang paling sulit untuk dinasehati adalah orang yang jatuh cinta.