Memesan Makanan
Aku sendirian di rumah, sudah dua hari ibuku tidak ada di rumah. Ibu pergi ke rumah paman, karena di hari minggu waktu itu, anaknya pamanku yang pertama akan menikah. Aku menyusul ibu saat hari minggunya saja karena aku harus bekerja.
Aku menggambar seperti biasanya, lalu aku menuliskan kata-kata senandika di bawahnya. Tiba-tiba terdengar ada yang mengetuk pintu rumahku.
Aku langsung berjalan menuju pintu. Sebelum membukanya aku bertanya dulu.
“Siapa ya?” tanyaku.
“Ini Bi Miah.”
Aku membuka pintu dengan cepat, setelah mendengar ternyata itu Bi Miah.
Semenjak ibu ke rumah paman, aku memesan makan malam dengan Bi Miah. Bi Miah hari itu mengantarkan makanan ke rumahku, karena aku sendiri yang memintanya untuk diantarkan saja.
“Ini rawonnya Mbak Yanti,” kata Bi miah sambil memberikan nasi dan kuah rawon yang dibungkus dengan plastik putih.
“Terima kasih Bi.” Aku sambut bungkusan berisi makanan yang aku pesan itu, setelah itu aku kasih uang untuk membayarnya.
“Iya sama-sama Mbak, terima kasih juga Mbak,” kata Bibi Miah tersenyum sambil menundukkan kepalanya.
“Besok mau pesan makanan apa lagi Mbak?” tanya Bi Miah.
“Rawon saja lagi ya Bi,” jawabku sambil tersenyum.
“Besok mau diantarkan lagi, atau Mbak mau makan di warung saja.”
“Di antar lagi saja Bi, soalnya kalau sudah malam gini Yanti takut keluar rumah.”
“Baiklah Mbak,” sahut Bibi Miah tersenyum lalu berjalan pulang.
Aku menutup pintu rumah, dan menguncinya, lalu aku berjalan menuju lemari piring yang terletak di ruang makan.
Ke esokan harinya. Aku menggambar seperti biasa, sambil menunggu pesanan makanan dari Bi Miah. Hari itu aku mengambar satu balon yang terlepas di langit. Berbeda dengan hari semalamnya, semalamnya aku menggambar tiga balon yang di pegang erat oleh seorang anak perempuan.
Ada yang membunyikan bel, tidak seperti biasanya, yang hanya mengetuk pintu. Bi Miah tidak seperti biasanya membunyikan bel, kataku dalam hati.
Dan seperti biasa, sebelum aku membuka pintu aku bertanya dulu.
“Siapa ya?”