BAPER: Balon Perindu

Priy Ant
Chapter #25

Ingatan Sumardi Sega (Lainnya 6, 7, 8, 9 dan 10)

Orangtua Pengganti

Ini cerita ingatanku pada tahun 2005 di kota Banjarmasin.

Aku melihat Robi teman anak laki-laki itu menahan Tama dengan memegangi kedua tangannya dari arah belakang.

“Ada apa ini?” tanyaku ke mereka.

“Jangan ikut campur,” sahut Robi.

Aku mencoba menarik tangan Robi, agar dia melepaskan Tama, dengan kuat aku mencoba menariknya. Sampai tangan Robi terlepas. Robi terjatuh dan terduduk di lantai.

Robi tiba-tiba bangun lagi, lalu meraih Tama lagi.

Tapi Tama mendorong Robi dengan kencang hingga Robi kembali terduduk, sampai terbarik di lantai dan kulihat kepalanya sampai terbentur.

Tama tiba-tiba menarik tanganku dan kami berjalan cepat meninggalkan Robi yang masih terbaring di lantai.

Tama menarikku, berjalan cepat sampai ke arah ruangan Pak Hino. Dan di sana aku malah melihat ada anak laki-laki bernama Renardi Sega Tureza bersama dengan seorang bapak-bapak, tapi bukan bapaknya dan Pak Hino ada juga di sana.

Aku baru ingat, kalau hari itu hari orangtua anak itu di panggil ke sekolah. Aku menembak kalau bapak-bapak itu menjadi orangtua penggantinya.

“Pak Hino!" teriakan Tama.

Tama dan aku berlari menghampiri Renardi Sega Tureza, bapak-bapak itu, dan Pak Hino.

“Ada apalagi lagi kalian?” tanya Pak Hino ke aku dan Tama.

“Dia, bukan orangtuanya Sega Pak,” sahut Tama.

“Iya memang kenapa?” tanya Pak Hino balik.

“Apaaaaa!” teriak Pak Hino.

Kulihat Renardi Sega Tureza hanya menunduk.

Berkemah di Sekolah

Ini cerita ingatanku pada tahun 2005 di kota Banjarmasin.

Anak laki-laki bernama Renardi Sega Tureza itu jatuh karena ada kaki yang menghalagi jalannya. Kaki itu adalah kakinya Tama. Tama kembali mendorong badannya, dan dia jatuh ke lantai tanpa perlawanan.

“Kak Sega,” kata Ampi yang tiba-tiba berlari menuju ke arah kami. Ampi memegangi tangannya, dengan kedua tangannya Ampi. Mungkin agar anak laki-laki itu bisa kembali berdiri, tapi anak laki-laki itu mengingkirkan tangannya Ampi. 

Mata anak laki-laki bernama Renardi Sega Tureza itu melihat ke arah matanya Ampi yang kulihat waktu itu matanya Ampi mulai memerah. Lalu anak laki-laki itu mengarahkan dengan cepat matanya ke arah lain. Ampi kemudian berlari meninggalkan kami lalu kukejar.

“Ampi," panggilku, tapi Ampi tetap saja berlari menuju toilet umum murid perempuan, lalu aku mondar-mandir di depan pintu toilet itu menunggu Ampi keluar. Aku lihat jam di tanganku, sepertinya sudah hampir 10 menit sudah Ampi tidak keluar juga. Saat aku mencoba melangkahkan kakiku menuju pintu toilet, Ampi muncul tiba-tiba.

“Ampi,”kataku.

“Ayah kenapa ada di sini?’ tanya Ampi.

“Kamu tidak apa-apa?" tanyaku balik.

“Tidak apa-apa,” jawab Ampi sambil tersenyum tipis.

Lihat selengkapnya