Bermain Bersama
Ini cerita tentang ingatanku pada tahun 2002 di kota Banjarmasin.
Aku berlari di tempat yang kami namakan sama. Kak Sega dan Ayah Sega juga berlari kami bertiga berlari sambil tertawa bersama.
“Ampi!” teriak Kak Sega.
“Kak Sega ... Ayah Sega!" teriakku.
Kami bermain lomba lari. Siapa yang cepat sampai dan mengambil balon yang sudah kami ikat di kursi kayu itulah pemenangnya.
Aku terus saja berlari, aku menoleh ke arah belakang, kulihat Ayah Sega dan Kak Sega sudah tertinggal jauh. Saat balon sudah dekat denganku, aku melepaskan tali yang mengikat balon itu dari kursi kayu. Setelah berhasil aku pun berteriak.
“Hore ... Ampi menang!” Ayah dan Kak Sega menghentikan larinya dan mereka keduanya tersenyum denganku. Kemudian aku berlari menghampiri mereka berdua.
“Ampi!" teriak Kak Sega.
“Kakak!” teriakku juga, setelah jarakku dengan Ayah dan Kak Sega sudah dekat, aku menghentikan lariku.
“Ampi bagaimana kalau kita sekarang memberikan makanan untuk semut-semut hitam, tadi Kakak lihat ada semut prajurit yang sudah mondar-mandir di dekat pohon itu,” kata Kak Sega lalu tangannya menunjuk ke arah salah satu pohon.
“Iya Kak Sega, kita kasih makanan apa Kak?” tanyaku.
“Kakak punya permen, permen ini makanan kesukaannya semut.”
“Ayo Kak.” Aku dan Kak Sega kemudian berjalan ingin menuju pohon yang ditunjuk Kak Sega tadi. Aku tiba-tiba teringat ayah, kemudian aku menoleh ke arah ayah yang kulihat diam saja berdiri.
“Ayah ayo, kita kasih makan semut-semut hitam,” ajakku kepada ayah, ayah tidak membalas perkataanku, tapi hanya mengganggukan kepalanya saja. Lalu berjalan menghampiri aku dan Kak Sega.
Kak Sega lalu memberikan satu permen ke aku dan satu permen ke ayah.
“Ini Ampi dan ini Sega. Tapi permen itu untuk semut-semut hitam ya, bukan untuk kita makan."
“Baiklah," sahutku, lalu kami bertiga membuka bungkusan permen itu, lalu meletakannya di bawah pohon. Tidak lama setelah kami meletakkannya aku melihat ada satu semut yang mendekat.
“Ampi ... Ayah harus segera pulang, Ayah mau belajar main piano,” kata ayah tiba-tiba.
“Oke yah,” sahutku tapi aku tidak melihat ke arah ayah, aku terus saja melihat ke arah semut itu, bergitu juga dengan Kak Sega.
“Sega!" teriak Kak Tama. Mataku beralih kemudian ke arah Kak Tama dan ternyata Kak Tama tidak sendirian saja, Kak Tama datang bersama Naima.
“Ampi!” teriak Naima.
“Naima,” sahutku, aku lihat Naima dan Kak Tama berlari menuju kami.
“Sega ayo pulang, kamu sudah dicari ayahmu,” kemudian Ayah Sega berjalan mendekati Kak Tama, lalu menoleh ke arahku. Ayah Segs lalu berkata.
“Ampi, Ayah pulang dulu ya.” Aku hanya menganggukkan kepalaku setelah itu.