Adalah Aku Sendiri
Daun-daun kering terlihat berterbangan, aku melihatnya dari jendela kamarku yang kali itu aku biarkan terbuka lebar. Angin itu juga sampai masuk ke dalam kamarku saking kencangnya. Rambutku yang terikat panjang juga jadi ikut-ikutan terangkat karena angin kencang.
Aku sudah selesai menulis ingatan Renardi Sega Tureza dan Sumardi Sega. Aku juga sudah bertemu lagi dengan Sumardi Sega, dan juga sudah mencoba menanyakan ke dia siapa dia sebenarnya. Tapi dia hanya diam saja saat kutanya.
Aku sempat bimbang untuk melanjutkan tulisanku tentang ingatan mereka lagi atau tidak, yang tinggal ingatan dari Ampi saja yang belum kutulis. Sampai pada akhirnya aku kembali melanjutkan menulis ingatan dari Ampi. Dengan masih berharap setelah selesai menulisnya, suatu saat nanti, mereka bertiga bisa membaca tulisanku ini, dan berkenan menemuiku lagi. Aku ingin bertanya dengan mereka, apakah mereka memang ada hubungannya dengan masa laluku.
Ketika aku mencoba menulis ingatan dari Ampi, tiba-tiba saja aku lihat ada ibu di pikiranku, ibu yang memanggilku Ampi, Ampi, kata ibuku. Kepalaku jadi pusing saat itu. Aku mencoba memejamkan mataku dan angin terus saja bertiup dengan kencangnya.
“Ibu,” kataku pelan, mataku yang kupejamkan mengeluarkan air mata, tubuhku jadi sangat lemas sampai aku jatuh terbaring di lantai.
Di mataku ada dua anak laki-laki juga memanggilku Ampi sambil memegangi bolan di tangannya masing-masing. Salah satu dari anak laki-laki itu hanya memegangi satu balon dan satunya tiga balon dan keduanya berlari ke arahku.
Aku mulai mencoba membuka mataku, saat itu air mataku juga mengalir, saking banyaknya. Aku mencoba untuk bangun dengan memegangi kursi.
Setelah berhasil bangun, aku coba berjalan walaupun pelan.
“Ibu, Ayah Sega, Kak Sega,” kataku pelan. Aku berjalan berlahan menuju arah pintu, aku terus saja menangis karena baru saja menyadari kalau anak perempuan bernama Ampi itu adalah diriku sendiri.
Aku buka pintu kamarku. Ayah kataku dalam hati. Lalu aku berlari menuju pintu depan rumah yang sudah terbuka, kemudian tanpa mengunakan alas kaki aku berlari ke jalanan untuk menemui Ayah Sega.