Rumah Sakit Jiwa Baper
Setiap satu minggu sekali, aku datang ke ruangan beraroma jeruk, ruangannya dr. Perdana, Sp.KJ. Di ruangan itu, dr. Perdana, Sp.KJ seperti biasa duduk dengan wajah datar. Tapi kulihat, setiap minggu wajah datarnya semakin terlihat berkurang, tidak separah saat pertama kali bertemu. Dia terlihat menyatukan tangannya. Aku duduk di kursi berhadapan dengannya.
Aku menatap ke arah dinding samping tempat terpasangnya sertifikat, dan bunyi jam berdetak terdengar sangat jelas di pojokan ruangan. Aku menghela napas lalu berkata.
“Kenapa saya melupakan masa lalu saya, apakah pelangi tidak pernah muncul di kehidupan masa lalu saya? apakah karena itu, akan lebih baik jika saya melupakannya saja.”
dr. Perdana, Sp.KJ melihatiku. Dia terdiam beberapa menit dan menegakkan punggungnya.
“Siapapun bisa melupakan masa lalu, dan pengobatan membutuhkan waktu.”
dr. Perdana, Sp. KJ menyatukan tangannya.
Aku bisa menduga bahwa kalimat yang diucapkan dr. Perdana, Sp. KJ hanya untuk menenangkanku saja.
“Di kehidupan orang lain setelah hujan turun, pelangi akan datang. Tapi, di kehidupan saya, pelangi tidak pernah muncul.”
Aku melihat dr. Perdana, Sp. KJ menarik napas panjang, kemudian langsung menambahkan.