Blurb
Pratiwi (transmigran asal Bali di Kaltim) terlalu berlebihan mencintai Sadewa, putra bungsunya sampai ia rela melepas sawah miliknya untuk perusahaan eksplorasi tambang batu bara terbuka yang berkantor pusat di Jakarta tempat Sadewa bekerja sebagai staf legal. Padahal semua kenangan dan perjuangan Pratiwi tersimpan jelas di sawah itu, Ida Sang Hyang Widhi Wasa pun melarangnya bersekutu untuk merusak alam tempat Dewi Sri singgah.
Namun setelah Bumi, cucu satu-satunya dari mendiang Nakula (putra sulungnya) tewas tenggelam di kubangan pasca tambang yang tidak direklamasi oleh perusahaan eksplorasi tambang batu bara, Pratiwi tidak lagi berpihak kepada Sadewa dan tambang batu bara terbuka. Pratiwi bersama Aliansi Ibu-Ibu Menolak Tambang Berlebih (Alibi) dan Green Calm memilih melawan meski lawannya adalah perusahaan besar, orang-orang berkuasa, dan anaknya sendiri.
Akankah Pratiwi berhasil menyelamatkan Bukit Surgawi, desa yang dulu hijau dan indah dari ketidakadilan tambang batu bara terbuka yang merusak semuanya?
***
NB:
Novel ini terinspirasi dari sebuah desa di Kalimantan Timur (nama desa disamarkan) dengan kubangan pasca tambang batu bara terbuka yang tidak ditimbun ulang sehingga memakan banyak korban jiwa dari anak-anak kecil tak berdosa.
Novel ini ditujukan kepada semua manusia-manusia hebat yang sedang berjuang melawan ketamakan, kerakusan, dan keegoisan perusahaan-perusahaan besar pengeruk kekayaan alam negeri surgawi bernama Indonesia.