Pak Kusuma benar-benar membawa masalah anaknya ke jenjang yang lebih serius, bukan ke pengadilan seperti yang dikhawatirkan Putu, Pak Kusuma menyeret masalah tersebut ke dalam narasi adu domba pemicu ketegangan antara pendatang dengan penduduk lokal. Selain sebagai kepala desa, Pak Kusuma yang juga makelar tanah mengambil kesempatan perkelahian anaknya sebagai taktik pembebasan lahan. Setelah Putu menolak tawaran bekerja di perusahaan tambang batu bara terbuka, peran Putu yang seharusnya membujuk masyarakat melepas tanahnya digantikan oleh Pak Kusuma.
Putu adalah hambatan terbesar bagi Pak Kusuma. Putu tidak hanya berusaha keras mempertahankan lahan sawah miliknya, ia juga kerap mengajak petani transmigran lainnya untuk melakukan seperti apa yang ia dilakukan. Putu dibantu pandita yang juga mencemaskan kehadiran tambang batu bara terbuka. Setiap nasihat agamanya, pandita selalu menyisipkan seruan untuk selalu menjaga hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan manusia. Pandita juga bersekutu dengan ustaz, pastor, dan pemuka agama lainnya, mereka sepakat dengan pandita. Menurut mereka, agama mana pun melarang umatnya merusak alam dan tambang batu bara terbuka jelas berlawanan dengan pesan Tuhan.
Nasihat pandita dan beberapa pemuka agama lainnya turut memperkuat iman dan keteguhan para jemaah dalam mempertahankan lahan dan sawah milik mereka. Nasihat para pemuka agama dan seruan Putu terlalu berat untuk dilawan Pak Kusuma. Akhirnya ketika masalah layangan jatuh dan perkelahian itu datang, Pak Kusuma menggunakan kesempatan itu untuk membalas kicauan Putu dengan kicauan lainnya.
Dalam narasi provokasi adu domba itu Pak Kusuma menggarisbawahi bahwa transmigran tidak boleh dibiarkan memiliki sawah terlalu banyak. Pak Kusuma takut jika para pendatang seperti Putu akan merebut posisi warga lokal dan mereka akan selalu merasa superior di tanah orang. Pak Kusuma menunjukkan anaknya yang babak belur dan menyebutnya bahwa apa yang terjadi pada anaknya bisa saja terjadi kepada anak-anak warga lokal lainnya. Pak Kusuma juga menakut-nakuti sewaktu-waktu konflik besar akan membesar di Bukit Surgawi jika masalah tersebut tidak diselesaikan secepatnya di balai desa.
“Jangan sampai para transmigran itu berbuat sesuka hati mereka—kepada anak-anak kita, mentang-mentang mereka mendapat tanah dan sawah cuma-cuma dari presiden sebelumnya, mereka langsung sok jagoan. Jangan sampai kejadian di Sampit Kalimantan Tengah, ikut merembet kemari, kita tidak ingin membuat sejarah kelam di Bukit Surgawi Kalimantan Timur. Di Sampit sana, warga dayak lokal terusir sedangkan pendatang menguasai lahan dan perdagangan,” seru Pak Kusuma berapi-api di pendopo balai desa. Pak Kusuma berani berkata demikian, selain karena dia adalah orang nomor satu di Bukit Surgawi, ia adalah penduduk asli Bukit Surgawi. Seluruh leluhurnya berasal dari tanah rimba Borneo. Pak Kusuma mengatakan apa yang dilakukan Sadewa adalah cerminan nyata Putu yang sejatinya ingin menindas dan mencelakai anak kampung sini.
Hasutan dari Pak Kusuma tidak memantik api kebencian warga yang berkumpul di balai desa terutama ketika Putu datang meminta maaf secara langsung menghampiri Pak Kusuma di balai desa. Pak Kusuma berharap warga terpancing emosi berapi-api lantas beramai-ramai memusuhi Putu namun kenyataan tidak seperti yang Pak Kusuma bayangkan, para warga yang mendapat siraman api panas hasutan malah tersiram air dingin menyejukkan dengan kehadiran Putu. Putu membawa banyak sajian makanan buatan istrinya dan beberapa minuman kemasan. Masyarakat menyambut niat baik Putu. Pak Kusuma tidak berani melanjutkan omelan hasutannya ketika masyarakat begitu menikmati hidangan yang Putu bawakan langsung ke kantornya.
Warga desa mengenal betul siapa Putu. Ia adalah sosok yang dikagumi karena kejujuran dan keaktifannya dalam setiap gotong royong desa. Putu tidak pernah absen meluangkan waktunya untuk terus berpartisipasi dalam setiap kegiatan desa. Putu kerap kali membagikan makanan buatan istrinya yang rasanya tidak kalah dengan makanan di restoran bintang lima. Selain itu Putu juga menyumbang banyak ide dalam setiap agenda-agenda besar Bukit Surgawi. Ide-idenya yang segar itu kerap kali membangkitkan semangat masyarakat yang kadang pesimis manakala menemukan kendala di tengah-tengah mempersiapkan acara.