SD 01 adalah tempat pencarian pertama Pratiwi dan para warga. Menurut kesaksian teman-teman Bumi, mereka terakhir kali melihat Bumi bermain di sana. Teman-teman sepermainan Bumi bilang waktu itu Bumi tidak seperti biasanya, dia menyendiri di pojokan gedung. Ia terlihat bermain kelereng seorang diri. Lina yang merasa diabaikan, akhirnya memilih bergabung dengan teman-teman lainnya yang bermain petak umpet.
“Apa Bumi tidak ikut main petak umpet?”
“Tidak Bi Pratiwi!” Jawaban singkat Lina membuat Pratiwi bertambah cemas. Tidak biasanya Bumi bermain seorang diri, padahal ia biasa bermain jika Lina ikutan bermain.
Pratiwi kira Bumi tertidur pulas di dalam salah satu ruangan kelas yang tidak dikunci itu. Perkiraan Pratiwi memelesat. Para warga ikut membantu mencari ke setiap sudut gedung SD, namun batang hidung Bumi tidak terlihat juga. Panggilan dan teriakan mereka tidak juga mendapatkan respons dari Bumi
“Barangkali Bumi sudah pulang, lalu diculik seseorang di tengah jalan.” Sekar memberi pendapat.
“Tidak mungkin, apa yang mau diambil dari Bumi? Dia tidak punya orangtua, dan neneknya juga tidak kaya-kaya amat. Bukankah penculik selalu minta tebusan?”
“Justru itu, karena Bumi sudah tidak punya orangtua, Bumi diculik untuk dijual kepada orang-orang yang kepengen punya anak tapi tidak dikasih-kasih juga oleh Tuhan.” Opini Sekar semakin liar. Pratiwi mencoba menepis argumen Sekar. Pratiwi merasa radius keberadaan Bumi tidak begitu jauh dari halaman SD. Instingnya sebagai seorang nenek sangat kuat, seperti insting seorang ibu. Barangkali karena Pratiwi merawatnya dari bayi.
Bukan kali pertama ini Bumi hilang. Waktu itu Bumi tidak kunjung pulang selepas bermain petak umpet di pura. Insting Pratiwi tidak pernah salah, Pratiwi mengira Bumi berada tidak jauh dari pura. Dan benar saja, Bumi tertidur pulas di kolong meja di gudang sebelah pura. Bedanya waktu itu durasi kehilangan Bumi tidak begitu lama, magrib dikabarkan hilang, jam tujuh sudah diketemukan. Sementara kali ini, sudah berjam-jam mencari, namun sosok Bumi belum terlihat juga.
Pratiwi tidak mau beranjak dari halaman SD sementara malam semakin larut. Anak-anak yang ikut membantu memberi informasi disuruh pulang, saatnya orang-orang dewasa yang bekerja ekstra. Pak RT berada di barisan terdepan. Ia memimpin pencarian di sekitar hutan-hutan sempit yang tersisa di Bukit Surgawi. Pencarian dipisah, meski Pratiwi tetap kekeh bahwa cucunya masih berada di dekat SD, para warga tetap memencar berkeliling desa, memeriksa setiap sudut desa.
Pratiwi ditemani Sekar dan beberapa pemuda desa lainnya memeriksa ulang di setiap penjuru bangunan SD beserta halamannya. Mereka ditemani senter yang cukup terang untuk melihat-lihat benda di sekeliling mata memandang. Di tengah-tengah pencarian, Sekar kembali berspekulasi. “Bagaimana jika Bumi digondol dedemit batu bara. Dedemit kan suka sama anak kecil yang tidak pulang ke rumah sampai petang.” Suasana berubah jadi horor mencekam. Apalagi baru beberapa hari yang lalu pesta ogoh-ogoh diadakan warga dan patung dedemit ikut diarak kemudian dibakar ramai-ramai oleh warga.