Bara Ibu Pratiwi

M Musa Al Hasyim
Chapter #18

Skenario Demo Kedua

Pratiwi memasak dalam jumlah besar dibantu oleh sebagian masyarakat tadi malam. Mereka berkumpul di rumah mendiang Sekar. Para preman tidak akan mencurigai rumah yang penghuninya baru saja meninggal dunia beberapa waktu yang lalu. Menu utama pengisi energi peserta aski demo adalah ayam goreng sambal tomat. Para peserta aksi demo diminta membawa rantang. Rantang-rantang itu diisi nasi, lauk ayam goreng, dan sambal tomat. Koh Wawanlah yang menyumbangkan beberapa ekor ayam potong untuk peserta aksi demo.

Koh Wawan merupakan pengusaha rumah potong dan pemasok daging ayam cukup sukses di Bukit Surgawi. Koh Wawan senasib seperjuangan dengan masyarakat desa Bukit Surgawi pada umumnya. Semenjak perusahaan tambang batu bara terbuka semakin ganas menggeruk sawah-sawah di desa, usaha Koh Wawan mengalami kemunduran. Ayam-ayam yang diternaknya kedapatan mati mendadak secara misterius. Koh Wawan menduga debu-debu dari batu baralah biang keroknya, ayam-ayam miliknya juga tidak suka suasana berisik dari alat-alat berat yang didatangkan dari kota.

Berbeda dengan Koh Wawan, Indra menyumbangkan berkilo-kilo beras miliknya. Indra berasal dari desa tetangga, sebuah desa yang jumlah penambangan batu baranya tidak sebanyak Bukit Surgawi. Desa tempat Indra tinggal belum begitu tercemar. Air masih mengalir dari sungai-sungai kecil dari bukit-bukit di seberangnya. Meski begitu Indra sempat gagal panen di musim panen tahun kemarin, tahun ini panennya lebih baik dan ia khawatir dengan semakin banyaknya tambang batu bara di desanya panen di tahun-tahun mendatang akan terancam gagal mengikuti Bukit Surgawi sebagai pendahulunya. Ia berdoa supaya sawah dan hasil panennya bagus lewat wasilah beras yang didonasikan untuk perserta aksi demo.

Masyarakat desa sudah berkumpul di depan sawah-sawah yang akan dikeruk sebelum alat-alat berat datang. Mereka datang sangat pagi, siasat ini berasal dari Maya. Menurut Maya, waktu pagi-pagi buta sebelum azan salat Subuh berkumandang adalah waktu terbaik untuk lolos dari pengawasan preman. Dan ternyata benar, preman-preman yang jumlahnya sudah sedikit itu kecolongan dengan datangnya gerombolan peserta aksi demo jilid dua.

Jumlah peserta aksi demo kali ini lebih banyak ketimbang demo di depan kantor gubernur Kaltim. Masyarakat desa berbondong-bondong ke sawah-sawah dengan memakai baju serba putih. Mereka ingin memberi pesan kuat bahwa sesungguhnya Bukit Surgawi dulu putih lalu ternodai oleh kehadiran tambang batu bara terbuka yang semakin menggurita.

Pratiwi kembali memimpin aksi demo. Ia berada di barisan terdepan. Tangannya saling bergandengan dengan tangan peserta aksi demo lainnya. Formasi O terbentuk, bertujuan menghalangi alat-alat berat masuk ke area sawah. Mereka tidak akan membiarkan orang-orang perusahaan mengeruk sawah yang telah petani rawat sebaik mungkin selama ini.

Gerombolan preman datang terlambat, alat-alat berat sulit menerobos barisan peserta aksi demo kecuali alat-alat berat itu menabrakkan dirinya ke peserta aksi demo. Perwakilan dari perusahaan turun tangan, Pratiwi tidak melihat ada tanda-tanda keberadaan Sadewa, itu artinya rencana Maya dan Citra sukses.

***

Di tempat lain, Maya membuat skenario cerdik. Ia berhasil membuat fokus Sadewa teralihkan. Penjagaan Bukit Surgawi tidak seketat yang lalu-lalu sebab sebagian preman ikut Sadewa menyusul Maya. Kondisi tersebut memungkinkan jurnalis dari luar untuk masuk ke Bukit Surgawi dengan mudah, termasuk kedatangan anggota Alibi di luar Bukit Surgawi dan Green Calm.

Maya mengarang cerita bahwa dirinya telah menuruti keinginan Sadewa—mengugurkan janin di perutnya. Sadewa seharusnya senang, perintahnya selama ini telah Maya penuhi. Bukankah selama ini Sadewa tidak ingin punya anak? Bukankah selama ini Sadewa meminta Maya melakukan aborsi? Semuanya sudah Maya taati dalam skenarionya tentu saja. Masalahnya adalah Maya mengugurkan janinnya pada bidan sembarangan, bukan bidan atau tenaga kesehatan pilihan Sadewa. Sadewa tidak pernah menyuruh Maya mengugurkan janin pada seseorang sesuka hatinya. Sadewa takut polisi akan bertindak cepat dan membuat Sadewa terlibat dalam masalah. Tidak semua polisi bisa diatur oleh Sadewa, ada kemungkinan bidan itu tertangkap polisi lalu nama Sadewa ikut masuk dalam daftar calon penghuni rutan. Sadewa sangat berhati-hati. Ia sudah menyusun skenario sedemikian rupa dan Maya malah merusaknya.

Sementara itu Maya mendapat info dari Citra, seorang bidan yang dapat diajak kerja sama. Maya bersama Citra menyusun skenario cerita rekaan. Maya akan pura-pura bahwa dia telah mengugurkan janinnya ke salah satu bidan di desa tetangga. Bidan bernama Amelia itu adalah teman Citra. Amelia bersedia menjadi pemeran dalam skenario tersebut. Amelia akan berpura-pura telah mengugurkan janin di perut Maya, darah imitasi dan segala macam atribut telah sempurna dibuat. Begitu Maya datang, ia tinggal rebahan di ranjang pesakitan, dengan akting sedang tidak berdaya tentu saja. Citra mengawasi dari ruangan yang lain. Citra khawatir sesuatu di luar skenarionya bakal terjadi lalu justru mengancam nyawa Maya atau nyawa janin di perutnya.

Sadewa kelabakan, ia absen dari hari besarnya mengeruk sawah-sawah di Bukit Surgawi. Ia mengutus asistennya untuk mengurusi urusan pengerukan itu. Sadewa memilih membereskan masalah Maya yang menurutnya jauh lebih penting karena menyangkut nama baiknya.

Sadewa tidak datang sendiri, sebagian preman-preman bertugas, berjaga-jaga jika ada pihak kepolisian yang datang. Sadewa mencemaskan banyak hal termasuk kemungkinan Maya melapor pada polisi. Mengugurkan bayi adalah tindak pidana, dan orang yang menyuruh mengugurkan juga terlibat dalam pidana tersebut. Sadewa tidak mau ditangkap, ia masih memiliki banyak pekerjaan berat di mejanya.

Begitu tiba di ruangan Maya, Sadewa berbicara empat mata dengan istirnya itu. Maya menceritakan semua skenarionya yang telah ia susun bersama Citra. Keringat dingin keluar dari kening Sadewa. Sadewa segera menemui bidan yang telah mengugurkan janin di perut Maya dan menanyainya. Bidan itu menjawab sesuai instruksi Citra, “saya memang mematikan janin di perut Bu Maya, kata Bu Maya semua itu juga atas usul Bapak sebagai suaminya. Kata Bu Maya, Bapak akan memberi saya uang seratus juta jika berhasil mengugurkan bayinya.”

Lihat selengkapnya