Ratri pernah berlari menembus pepohonan hutan. Sebelumnya, dia pernah berlari di dalam hutan.
Saat itu, Ratri masih delapan warsa, masih sangat belia. Kenapa dia berlari di dalam hutan?
Karena seekor kelinci.
Ratri ingat dia meneriakkan satu nama.
"Putiiih? Putiiih?" teriaknya sambil terus berlari menerobos semak-semak segala rupa, dari yang berbulu gatal hingga yang berduri dan menggores lengan dan kakinya.
Putih adalah nama kelinci pemberian bapanya. Suatu hari, bapa Ratri pulang dari berniaga dengan membawa dua ekor kelinci sebagai oleh-oleh. Ratri sangat senang mendapatkan kelinci itu. Dia namai Putih dan Seta. Seta juga berarti putih. Namun, Seta terbunuh. Karena lupa mengandangkannya, seekor garangan menyerang Seta. Ratri sangat sedih, tetapi dia masih memiliki Putih. Setidaknya, Putih bisa menjadi pelipur lara bagi Ratri.
Namun, hari itu kecerobohan Ratri membuat Putih lari ke hutan. Ratri berusaha mengejar. Dia mencari-cari. Hingga hutan menggelap, Ratri belum dapat menemukan Putih. Karena lelah, Ratri beristirahat sejenak dengan duduk di sebatang pohon tumbang. Namun, saat dia hendak pulang dan menelusuri kembali jalur yang dia lewati sebelumnya, lagi-lagi gadis kecil itu kembali ke tempat yang sama. Setelah tiga kali kembali ke pohon tumbang, Ratri mulai merasa takut. Hutan makin gelap, hari sudah menjelang malam dan Ratri tidak dapat menemukan jalan keluar. Akhirnya, Ratri menangis.
Ratri ingat cerita bapanya tentang binatang-binatang buas yang tinggal di hutan. Selain binatang buas, ada juga berbagai jenis binatang beracun. Terlebih, kata Bapa, hutan adalah tempat tinggal para makhluk halus.
"Mereka akan menculik anak-anak yang nakal," kata Bapa.
"Bagaimana mereka tahu anak itu nakal?" tanya Ratri.
"Kalau ada anak yang bermain sampai jauh ke hutan, sudah pasti itu anak nakal."
Potongan percakapan itu muncul kembali dalam benak Ratri kecil. Ditambah lagi dengan suara-suara binatang hutan yang mulai ramai menjelang malam, membuat Ratri makin takut dan makin keras menangis.
Tiba-tiba, terdengar gonggongan dari belakang Ratri. Si gadis cilik berjingkat dan seketika berbalik. Debar di dadanya bertalu-talu ketika melihat seekor ajag. Binatang itu menatapnya garang dengan mata merah. Liur berleleran dari mulut si ajag yang terbuka dan lidahnya yang terjulur.
Ratri mundur beberapa langkah. Dia baru akan berbalik dan berlari ketika tiba-tiba si anjing hutan melompat dan menerjang Ratri hingga jatuh terjengkang. Namun, sebelum anjing itu kembali menyerang, tiba-tiba muncul sebuah bola api yang melayang-layang di depan muka si ajag. Seketika ajag itu berbalik dan berlari ketakutan.
Setelah si ajag pergi, bola api di depan Ratri bergerak mendekat. Membelalak, Ratri menyeret tubuhnya mundur. Perkataan bapanya kembali terngiang. Hutan adalah tempat tinggal para makhluk halus. Mereka akan menculik anak-anak yang nakal.
"Aaaaaa...!!!" Sambil berteriak, Ratri bangkit dan berlari.