Hotel Borobudur, Jakarta Pusat
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN tengah berlangsung di Jakarta. Selain sesi utama yang dihadiri oleh para kepala negara Asia Tenggara, ada pula sesi-sesi yang dihadiri oleh menteri-menteri. Di antaranya adalah yang dihadiri oleh menteri luar negeri di Hotel Borobudur pagi itu.
Siang harinya, di sela jadwal konferensi yang padat, Dwi Septiani merencanakan waktu khusus untuk mengundang Duta Besar Somalia untuk Indonesia, Abdullahi Ayan. Dwi merasa ia tetap merasa harus menyampaikan sendiri informasi penting tentang rencana pembebasan kapal kargo di Somalia ini kepada dubesnya. Tidak boleh diwakilkan. Mereka pun bertemu di satu ruangan khusus yang telah disiapkan di lantai dua.
“Yang Mulia, saya berterima kasih telah bersedia memenuhi undangan kami siang ini,” kata Dwi dalam bahasa Inggris.
“Saya selalu terhormat memenuhi undangan Ibu Menteri. Malahan saya kagum Bu Menteri bisa menyempatkan waktu di tengah jadwal konferensi yang pasti padat ini.”
“Yang Mulia, saya yakin Anda sudah mengikuti kasus penyanderaan kapal MV Sinar Fajar milik warga negara kami, yang terjadi di perairan wilayah negara Anda.”
“Benar, Bu Menteri. Saya sudah menyampaikan pernyataan keprihatinan mewakili pemerintah kami kepada pemerintah Indonesia.”
“Terima kasih atas kebaikan hati Anda dan pemerintah Somalia. Yang Mulia, saya mengundang di sini untuk menyampaikan bahwa Indonesia akan melancarkan operasi militer untuk membebaskan kapal MV Sinar Fajar milik warga negara kami. TNI telah menyiapkan pasukan. Kami sangat menghargai kedaulatan Somalia sebagai negara merdeka. Kami akan berupaya sangat keras untuk melakukan operasi yang seminimal mungkin melangkahi apa yang tidak perlu kami lakukan.”
Isu kedaulatan selalu menjadi isu sensitif bagi setiap negara. Namun, menurut konvensi internasional, setiap negara memiliki hak melakukan pemberantasan bajak laut di lautan, apalagi jika merugikan kepentingan nasional negara tersebut. Dwi sebetulnya sudah menghitung sejak awal, bahwa pemerintah Somalia sebetulnya tidak akan keberatan. Ia sudah punya catatan, di tahun 2008, Presiden Somalia waktu itu telah mengajukan permohonan agar PBB mengeluarkan izin resmi kepada negara manapun untuk menumpas aksi bajak laut di wilayah negaranya. Akan tetapi, untuk menjaga tata krama diplomatik yang baik, ia ingin memberi informasi ini langsung kepada dubes.
“Terima kasih, Bu Menteri. Sekali lagi kami menyampaikan keprihatinan kami atas peristiwa yang menimpa kapal MV Sinar Fajar. Saya mewakili pemerintah Somalia menghormati keputusan Indonesia untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.”
Setelah itu Abdullahi Ayan diam.
Dwi terkejut dengan singkatnya respon yang diberikan oleh dubes itu. Namun, ia segera mengerti bahwa pria itu sengaja membatasi pengetahuan dan keterlibatannya dalam rencana Indonesia. Posisi negara itu memang sulit. Di satu sisi, mereka dihadapkan pada fakta ketidakmampuan mengatasi masalah perompak yang merajalela di wilayah pesisir negaranya. Namun, di sisi lain tentu mereka perlu menjaga martabat sehingga tidak mau mengucapkan dukungan atau berterima kasih jika ada kekuatan asing yang ingin membantu melawan gerombolan penjahat di wilayahnya tersebut.