Suara letusan empat kali terdengar dari dalam klab.
Sarah dan Aji tersentak dan bergegas kembali ke depan klab. Di situ mereka melihat para pengunjung berhamburan keluar seraya menjerit-jerit.
“Dari suaranya, sepertinya ada yang menembakkan senjata api di dalam.”
“Jamal!” seru Aji sambil berlari ingin masuk ke dalam. Namun, Sarah menarik tangannya.
“Jangan! Nanti Mas malah bisa keinjak-injak orang panik.”
“Hah? Tapi ….”
“Tadi saya lihat ada pintu darurat di samping sana,” kata perempuan itu seraya mengajak Aji mengikutinya.
Mereka berdua berlari menuju pintu darurat yang ada di sisi kiri gedung. Namun, belum tiba di sana, mereka melihat pintu itu didobrak dari dalam. Jamal keluar dengan dikawal dua orang anak buahnya. Mereka bertiga berlari menyeberangi jalan menghampiri sebuah sedan mewah Bugatti berwarna ungu.
Terdengar suara letusan lagi, kemudian dua orang Rusia muncul dari dalam menembakkan pistol mereka ke arah Bugatti.
Jamal dan dua pengawalnya melompat mencari perlindungan di balik mobil mewah itu. Kemudian, dua bodyguard itu berdiri dan membalas tembakan. Bos mereka terus merunduk, membuka pintu mobil dan menyusup ke dalam. Ia pun segera menyalakan mesin kendaraan itu.
Orang-orang Rusia itu lebih lihai dan beruntung. Tembakan mereka berturut-turut mengenai pundak salah satu pengawal Jamal dan lutut pria yang satunya lagi. Mereka bergelimpangan di aspal. Sementara itu, sedetik kemudian, Bugatti itu memelesat meninggalkan lokasi.
Para pengejarnya berteriak-teriak memanggil teman mereka. Tiga pria Rusia lain menyusul keluar dari dalam klab. Kemudian, mereka berlari dan masuk ke dalam mobil Mercedes-Benz V Class warna hitam, dan langsung melaju kencang mengejar buruannya.
“Kita harus menyusulnya!” seru Aji.
Tanpa menunggu seruan itu, Sarah sudah berlari menyeberang jalan menghampiri sebuah sepeda motor BMW merah gelap yang terparkir. Gadis itu mengambil HP dari dalam tas kecilnya, lalu memencet-mencet tombolnya. Kemudian HP itu didekatkan ke panel kunci wireless sepeda motor itu, sehingga lampu indikatornya tiba-tiba bisa menyala.
“Lho, motor siapa ini?” tanya Aji.
“Enggak tahu. Pinjam dulu.”
Sarah melompat ke jok dan meminta Aji ikut duduk di belakangnya. Tanpa menunggu, perempuan itu langsung menekan tombol starter. Sang dosen melompat tepat ketika mesin motornya mulai meraung seiring tarikan gas dari tangan Sarah.
“Pegangan, Mas!”
Belum sempat ia menjawab, Sarah sudah melepaskan tuas rem sehingga motor itu meloncat menyusul preman-preman Rusia tadi. Aji spontan erat-erat memeluk pinggang perempuan itu.
Di jalan raya, sepeda motor BMW itu mengebut dan meliuk-liuk menghindari mobil-mobil yang ada di depannya. Rangkaian klakson dan sumpah serapah pengendara dan pejalan kaki mereka lewati sekelebat. Hingga akhirnya mereka bisa menyusul dua mobil yang sedang beradu cepat itu.
Mereka lalu masuk ke jalan bebas hambatan dan keluar lagi ke tepian kanal sungai. Jamal membanting kemudi sehingga Bugattinya keluar dari jalan raya dan bergerak di bawah kolong highway. Sampai akhirnya ketika berbelok terlalu tajam, mobil sport itu menyenggol pilar jalan di atasnya dan kehilangan kendali. Kendaraan itu berakhir nahas menabrak pilar yang lain dan langsung ringsek berhenti.
Mercedes-Benz pengejarnya berdecit ikut berhenti. Lima orang keluar siap dengan pistol mereka masing-masing. Namun, sebelum menghampiri Jamal, suara sepeda motor telah mengalihkan perhatian mereka.
“Berhenti! Berhenti!” perintah mereka.
Karena laju motor itu tak juga melambat, mereka pun langsung melepaskan tembakan.
Sarah berbelok dan mengerem di balik pilar flyover yang paling dekat dengannya. Ia lalu mengajak Aji turun dari motor dan bersembunyi.
Satu dari pria Rusia itu berlari mendekati mereka.