Kantor Berita JKTNews TV, Kedoya, Jakarta Barat
Kabar penyerangan yang menimpa Bella sudah menyebar di kantornya. Seluruh staf kasak-kusuk membicarakan berita tersebut, sembari tetap berusaha fokus menyelesaikan pekerjaan rutin mereka.
Sementara itu Rumbeh dan Nova bertemu di ruang rapat redaksi untuk membahas apa yang akan mereka lakukan. Rumbeh baru saja selesai rapat dengan pimpinan perusahaan kantor berita itu. Raut mukanya kusut, dahinya pun berkerut. Nova yang duduk di seberangnya tak kalah gusar. Ia tak berhenti mengirim dan membalas percakapan WA untuk memonitor seluruh jurnalisnya yang sedang turun lapangan.
“Bos tadi minta kita untuk evaluasi lagi liputan soal kongkalikong di balik MV Sinar Fajar. Gak langsung minta stop, sih, tapi evaluasi. Pertimbangan keselamatan kru dulu yang diutamakan. Kita perlu atur lagi masalah jaminan keamanan. Koordinasi dulu sama polisi. Gue juga mau telepon Dandim dulu. Gue sejujurnya gak nyangka pukulan ke kita akan secepat dan sekasar ini,” kata Rumbeh.
Kemudian ia melanjutkan, “Gimana kondisi Bella?”
Nova membalas, “Masih istirahat di rumah, ditemenin Anto. Kata Anto, polisi juga sudah datang dan minta keterangan. Kabar terakhir, sih, Bella gak apa-apa. Ada luka gores dikit di kaki dan tangan pas melarikan diri. Selain itu gak masalah. Cuman pastinya dia syok.”
“....”
“Gimana dengan rencana siaran kita, Pak Beh? Apakah tayangan liputan yang kemarin masih kita teruskan?”
“Kita lihat dulu kondisi Bella gimana. Habis ini saya atau kamu yang jenguk dia. Bisa jadi setelah kejadian ini dia juga pikir-pikir untuk nerusin pemberitaan kasus ini. Kita harus pikirkan keamanan dia.”
Tiba-tiba pintu ruang rapat itu didobrak dari luar. Rumbeh dan Nova terkejut bukan main, apalagi ketika melihat yang masuk adalah Bella dengan raut muka marah..