Bara Segara

Tsugaeda
Chapter #32

Bab 32

El Dhanan, Somalia

Gemuruh mesin kendaraan yang asing mengagetkan semua yang hadir di pantai itu. Sang algojo tidak jadi mengayunkan pedangnya dan ikut kebingungan bersama Awale dan orang-orang lainnya. Suara apa itu? Mereka tidak pernah mendengarkan suara gemuruh seperti itu sebelumnya.

“Junuud! Junuud!” teriak salah satu dari mereka sambil menunjuk ke bibir pantai. Ia orang pertama yang menyadari apa gerangan sumber suara misterius tadi.

Awale menatap ke arah sana dengan mulut menganga tak percaya. Dari arah laut, serombongan pasukan TNI telah dekat menyongsong bibir pantai. Di barisan pertama ada lima tank amfibi dengan amunisi penuh. Menyusul di belakangnya 6 sea rider berisi anggota Denjaka dan Kopassus. Di laut yang agak jauh tampak tiga KRI telah siaga dengan meriam-meriamnya. Dua helikopter pun tengah bersiap-siap untuk meluncur ke medan operasi. Penyerbuan skala penuh telah dimulai!

Kerumunan perompak itu langsung kocar-kacir menyelamatkan diri. Namun, Awale sempat menyeret Aji untuk ikut dengannya. 

Pasukan TNI telah mendarat dan terlibat baku tembak dengan anggota perompak yang melakukan perlawanan. Setiap regu dari Denjaka dan Kopassus membalas dan mencari perlindungan di antara pohon kelapa dan batu-batu karang. Sedikit demi sedikit mereka maju hingga mendekati pemukiman tempat musuh bersembunyi. 

Lima tank amfibi yang dikerahkan mengambil posisi berjarak untuk mengamankan perimeter pantai. Sementara itu regu Kopassus yang dipimpin oleh Kolonel Rendy berkumpul dan mengatur taktik membebaskan Aji.

“Kamu sudah amati pergerakan sandera?” tanyanya kepada salah satu anak buahnya.

“Siap, sudah. Dia dibawa ke arah situ.”

“Oke, kamu paling depan. Kita maju dengan formasi lurus. Saya di tengah. Semuanya sesuai dengan latihan kita tadi. Rekan-rekan Denjaka akan ladeni musuh di sini, sementara kita infiltrasi. Selamatkan sandera. Sementara untuk musuh yang menghalangi, saya tidak peduli mau kamu buat lumpuh atau tewas.”

“Siap!”

Enam prajurit Kopassus itu pun berlari cepat beriringan dalam formasi satu garis lurus masuk ke dalam perkampungan untuk mengejar Awale dan Aji. Mereka telah mengukur lintasan yang terluar sehingga meminimalisir bertemu dengan perompak yang kini semuanya disibukkan oleh gempuran Denjaka dan tank amfibi di pantai. 


Awale membawa Aji kembali ruang penyekapannya tadi. Dengan panik ia menyuruh para anak buahnya yang ada di sana untuk menjaga pintu masuk. 

“Jangan biarkan mereka masuk! Bunuh mereka semua!” teriaknya.

Lihat selengkapnya