Langkah tergesa didapati pada sosok gadis menuju masjid untuk menghindari rintik-rintik air hujan yang turun membasahi kota Jakarta. Gadis itu mengibas pakaiannya karena basah terkena rintik air hujan. Waktu salat zuhur sudah berlalu dan dia sudah menunaikannya di tempat lain. Gadis itu berteduh di masjid karena tak ada tempat teduh yang dekat dengan tempat usahanya kecuali masjid itu. Gadis itu masuk ke dalan masjid untuk menuju kamar mandi.
Langkah gadis itu terhenti ketika ia mendapati samar suara lantunan ayat suci. Gadis itu mengabaikan suara yang ia dengar. Ketika dia keluar dari dalam kamar mandi, suara itu masih ia dengar, bahkan lebih jelas dari sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi karena suara hujan terdengar mereda. Rasa penasaran menghantui hati sang gadis. Perlahan langkahnya mengikuti suara lantunan itu.
Lantunan itu terdengar merdu dan sangat fasih. Mata gadis itu menyusuri setiap ruangan yang ada di dalam masjid. Langkahnya terhenti ketika ia dapati sosok laki-laki pelantun ayat-ayat suci Quran sedang duduk membelakanginya. Sang gadis penasaran pada sosok laki-laki itu.
Siapa dia? Suaranya sangat merdu, makhraj dan tajwidnya sangat pas. Aku sering ke sini, tapi kenapa baru aku lihat dia di sini? Apa dia musafir? Atau jamaah baru di masjid ini? Sang Gadis bertanya-tanya dalam hati.
Deringan ponsel membuyarkan pikiran sang gadis. Gadis itu merogoh tasnya untuk meraih benda pipih itu. Dia menggeser layar ke warna hijau, lalu menempelkan benda itu ke telinganya.