Barga

Bentang Pustaka
Chapter #1

Prolog

Persahabatan yang utuh itu nggak hanya soal banyaknya waktu bersama, tapi juga soal memahami dan menerima.

“Barga ganteng, jemput gue, dong. Ya, ya? Gue lagi di Matraman, nih. Cari novel. Jemput, ya?”

“Nggak mau,” jawab Barga serak karena tidur siangnya terganggu dering ponsel. Ranya ini kalau menghubungi memang selalu pada kondisi tidak tepat.

“Ih, Barga! Jemput, dong. Lagian ngapain sih, di rumah? Jomlo juga. Mending kita malem mingguan.” Ranya mulai merengek tak tahu malu. Seperti kebiasaannya kepada Barga.

Barga berdecak jengkel. “Tadi lo ke sana naik apa? Pulangnya pake itu lagi aja. Lagian ngapain sih, ke Matraman segala?” gerutunya sambil kembali memejamkan mata.

Barga baru bisa tidur pukul 5.00 pagi. Bangun pukul 8.00 pagi karena Ranya membangunkannya untuk sarapan bersama di rumah cewek itu, yang memang bersebelahan dengan rumahnya.

“Ah, dasar! Ngakunya sahabat, begini doang nggak mau jemput. Ya udah, gue naik ojek aja biar cepet sampe rumah. Dah.”

Mata Barga langsung terbuka. Tubuhnya tidak lagi berbaring di kasur. “Diem di sana. Gue mandi bentar, habis itu jemput lo. Nggak usah naik ojek!”

“Enggak.”

“Nggak usah nyengir lo, ya! Gue tahu lo pasti nahan ketawa sekarang.”

Ranya mengganti senyum tertahannya dengan tawa keras. “Nanti gue traktir, deh, Bar. Sekalian malem mingguan. Kapan lagi lo bisa malem mingguan sama cewek cakep kayak gue? Ya, kan?”

“Yang ada itu, kapan lagi lo malem mingguan sama cowok kayak gue!”

Lihat selengkapnya