Baron Vengeance

Panipun
Chapter #2

BAB 1 : Tawaran Menikah

"Tuan Baron, saya diperintahkan untuk membawa anda ke istana," cetus seorang lelaki, "Jika anda sudah siap kita bisa langsung berangkat."

Baron menapaki jalan sambil menggendong Rosalia dibalik punggungnya. Langkah pria itu sontak terhenti saat menangkap sebuah kereta kuda di depan rumah. Seorang lelaki berseragam apik membungkuk hormat. Dia adalah penjaga istana yang ditugaskan untuk mengantarkan surat undangan.

Selepas memindahkan adiknya ke kursi roda, Baron beranjak keluar dari rumah. Amplop bersegel wax merah itu kini berpindah tangan kepada pria dengan kedua iris sedalam lautan atlantis itu.

"Aku tidak bisa pergi sekarang."

Lagi, selalu pihak kerajaan mengganggu hari libur. Lama-lama tempurung kepala Baron meledak sebab rasa penat. Mereka seperti tidak pernah bisa merelakan dirinya untuk istirahat. Toh, dia mengabdi bukan dalam kurun waktu yang singkat.

Namun ada saja halangan saat sedang bersenang-senang bersama Rosalia. Padahal baru sejam yang lalu Baron menemani adiknya, duduk di padang rumput ditemani hamparan bunga Baby Blue Eyes. Kelopak bunga berwarna biru bergeradasi putih yang tersebar luas di seluruh Kekaisaran Greenezt.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bisa membantah keputusan Paduka Raja, ikutlah bersama saya hari ini juga."

Baron ingin sekali menggenggam tombaknya, kemudian membelah kereta kuda dihadapannya menjadi dua. Bila perlu memporak-porandakan istana dengan kekuatan magis senjatanya. Benda itu mampu menggetarkan tanah serta melesatkan angin yang tajam serupa pedang. Jika tidak ada hukum mungkin kepala penjaga istana pun sudah terpisah dari lehernya.

Baron mendelik kesal, "Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan barusan?"

Bulu kuduk penjaga itu seketika meremang. Pasalnya tatapan tajam Baron sangat berbeda dengan ksatria lain. Aura mengintimidasi yang kuat. Bahkan sebelum berperang musuh dapat hilang kepercayaan diri atau memohon ampun atas nyawanya.

Wajar saja pria berperawakan tinggi itu mendapatkan posisi yang cukup menjanjikan. Dia juga lulusan terbaik di akademi Greenezt. Bukan hanya mengandalkan keturunan kebangsawanannya saja, tetapi Baron memang terlahir mempunyai bakat. Kemampuan diatas rata-rata manusia pada umumnya.

"T-tapi Tuan, saya hanya menjalankan perintah."

"Baiklah, tunggu disini. Aku akan segera kembali." ucap Baron ketus.

Baron menghela napas gusar sehingga menarik perhatian adiknya. Rosalia langsung menggerakkan rodanya maju mendekat ke arah Baron. Lalu menggamit lengan kekarnya, tak pelak menyunggingkan senyum manis. "Kenapa kau begitu kesal, Kak?"

Baron memandang lawan bicaranya sendu. "Raja memanggilku ke istana."

Seketika helaan napas panjang keluar dari bibir pucat Rosalia. Cahaya netranya yang serupa bunga Nemophila itu berhenti berpendar, sarat akan kecewa. "Jadi rencana kita batal?"

"Maafkan aku." Baron mengusap pucuk kepala Rosalia.

Lihat selengkapnya