Baron Vengeance

Panipun
Chapter #3

BAB 2 : Penolakan Mutlak

"Tuan Putri, Jenderal Besar menolak menikah dengan anda."

Bibir mungil wanita itu tersenyum tipis usai menyesap teh Earl Grey. Rasa sepat dan asamnya begitu khas, sesekali dia berdecak kala menghirup wangi teh tersebut. Sedetik kemudian atensinya berdalih terhadap seseorang. Cleo masuk ke dalam kamarnya sambil terengah-engah. 

"Mungkin kau salah dengar." Princess Evangeline Morton langsung menjauhkan cangkir dalam genggamannya. Netra hazelnya menatap lamat-lamat Cleo seakan meminta penjelasan lebih lanjut.

Cleo menggeleng cepat. Dia maju beberapa langkah, kedua tangannya bertaut gusar. "Aku bersumpah, Yang Mulia. Tuan Baron berkata demikian, dia tidak menginginkan pernikahan ini." tukasnya lugas. 

Prang! 

Pecahan gelas berserakan di lantai, Cleo menjengit kaget namun dapat segera kembali mengontrol diri. Hal tersebut bukan yang pertama kali baginya. Tunggu beberapa saat lagi, ruangan ini berubah menjadi seperti kapal pecah. Dirinya akan kerepotan membersihkan seluruh penjuru kamar. 

"Ceritakan semuanya padaku, Cleo." 

"Tuan B-Baron berkata bahwa pernikahan terjadi bila kalian saling mencintai bukan karena tuntutan pihak luar. Yang Mulia Raja juga memberikan kesempatan kepadanya untuk berpikir namun dia tetap menolak."

Putri Evangeline mengangkat bokongnya lalu melemparkan sorot mata ke berbagai arah. Jemari lentiknya yang bebas meraih benda lalu dia lempar sembarangan. Alat rias bahkan parfum yang berjajar manis diatas meja tersapu bersih. 

Cleo menutup telinga dengan kedua tangannya. Meskipun gaduh tetapi suaranya tidak akan sampai terdengar keluar sebab kamar Tuan Putri kedap suara.

Cleo bercicit pelan, "Yang Mulia, saya mohon tenangkan diri anda." 

Putri Evangeline menghela napas panjang. Dia merasa kelelahan setelah melepas amarah. Kakinya bergerak ke sisi jendela, menatap kebun bunga di belakang halaman istana yang bersemi indah. 

Bumi terasa hidup kembali setelah musim dingin berlalu. Walaupun suhu mulai sedikit panas namun tampaknya masih belum mampu mencairkan hati Baron yang sejak lama membeku. 

***

Sementara itu, langkah Baron terhenti sejenak di lorong istana saat bertemu dengan Count Devian Ace. Pria berkulit sawo matang dengan rambut hitam panjang yang diikat kuda itu adalah ksatria kepercayaannya. 

Devian lekas membungkuk hormat. Kemudian menjawab, "Hampir selesai, Tuan. Seluruh barak sudah dibangun hanya tinggal menunggu beberapa suplai senjata dan bahan makanan tambahan."

Baron mengangguk pelan. "Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan mengenai strategi. Mari kita ke ruang kerja." 

Devian mengiyakan dan akhirnya mengekori jejak Baron dari belakang. Dia harus melewati koridor penghubung antara istana Chrysta dan istana Dandelion. 

Lihat selengkapnya