Pria itu berdiri di atas tumpukkan mayat hasil dari penyerangannya. Sebagian wajahnya ternodai cipratan sisa darah yang mulai mengering. Baron menatap ke sekeliling sampai menemukan target berikutnya. Baron mendapatkan julukan Ksatria Tombak Gemuruh salah satu ksatria pilihan terbaik nomor dua dari Kekaisaran Greenezt.
Tombak sepanjang dua meter mengayun lincah membentuk pusaran angin. Puluhan musuh terpental jauh, mereka tidak memiliki kesempatan untuk menyerang. Baron menghentakkan ujung pegangan berbahan baja itu ke tanah.
Seketika tanah bergetar lalu muncul garis retakan di permukaan. Dia melesat maju menghunuskan mata tombaknya ke arah prajurit March Zach yang kelimpungan. Darah segar mengalir seiring tombak itu Baron tarik paksa.
Baron tersenyum miring, "Semuanya sia-sia saja."
Pemimpin pasukan March Zach berdiri di belakang perisai buatan pasukannya. Mereka melindunginya dengan cara melingkar. Tubuh dijadikan sebagai benteng pertahanan bersama tameng dan pedang dalam genggaman.
Baron berlari secepat mungkin, melempar lesatan angin dari ujung tombaknya. Angin tak kasat mata melebar kemudian menghantam kubah pelindung mereka. Percobaan pertama gagal pertahanannya cukup kuat. Baron kembali melakukannya namun sekarang secara beruntun nampak seperti jutaan peluru. Dentuman dahsyat serta partikel tanah berhamburan ke langit.
Pria tua itu mengancingkan giginya kesal, kedua tangan terangkat tinggi ke udara sambil merapalkan mantra. Dia berusaha memperkuat kubahnya menjadi beberapa lapis. Baron loncat menarik tombak dari balik punggung dan menancapkannya tepat di titik tengah kubah. Pertahanan musuh pecah berkeping-keping.
Rahang tegas Baron mengeras bersamaan dengan otot lengan kekarnya yang memutar tombak sampai terbentuk sebuah tornado kecil. Para pasukannya terpental jauh dan hanya menyisakan si Pemimpin March Zach. Peluh membanjiri kening pria itu.
Meskipun bibirnya bergetar hebat tetapi dia tetap berdiri tegak menyerang Baron. Puluhan bola api kecil keluar dari telapak tangannya. Baron dengan lincah menangkisnya lalu langsung menghujam ke arah pria itu. Dinding tebal bagaikan kaca tiba-tiba menghalangi serangannya.
Ting!
Tombak itu terpantul karena tidak dapat menembus dinding pelindung. Baron ikut terhempas jauh ke tanah.
"Oh langit dengarkanlah perintahku, tunjukkan kemarahanmu dan bakarlah mereka semua!" Pekik pria itu kemudian menyeringai begitu percaya diri akan menang.
Puluhan batu meteor yang terselimuti api biru meluncur. Baron memejamkan mata menarik napas dalam-dalam. Perlahan tanah kembali bergetar, retakan tanah berdiameter cukup besar melayang di atas kepalanya. Sedangkan beberapa yang berukuran kecil berputar di sekelilingnya. Dia melempar bebatuan tanah itu ke arah meteor, sedangkan dirinya maju ke depan bersama retakan tanah yang besar.
Pria tersebut menganga ketika Baron yang secepat kilat kini ada di depan wajah. Mulutnya melacutkan darah sebab tusukan mata tombak Baron. Dia terbata-bata ingin mengucapkan mantra terakhir tetapi energinya sudah habis. Sihir kekuatannya kian melemah karena tidak dapat menahan serangan tadi.
Akhirnya dia tertimpa juga dan tewas ditempat. Kemenangan jatuh kepada Kekaisaran Greenezt. Pihak musuh yang masih hidup berlarian menyelamatkan nyawa setelah melihat pemimpin mereka kalah telak. Perang telah berakhir Baron membiarkan mereka pergi.
***
Tenda-tenda putih di tengah hutan begitu kontras saat malam hari. Semua pasukan di bawah kepemimpinan Baron bersenang-senang. Mereka makan daging panggang dan minum bir berbahagia atas kemenangan. Baron memilih merebahkan diri di barak utama tendanya pun paling besar. Seorang pria tiga tahun lebih tua darinya masuk ke dalam.
"Maximilian, kenapa kau kemari?" tanya Baron datar.
Marquess Maximilian Curtis memberengut, ketidaksopanan Baron sungguh menyebalkan. Dia juga termasuk Jenderal Besar bahkan urutan yang pertama. Namun lihat saja kelakuan juniornya begitu tidak ramah.