Baron Vengeance

Panipun
Chapter #6

BAB 5 : Tabib Muda

Gadis dengan rambut pendek sebahu itu menengadahkan kepala menatap ke arah langit-langit ruangan. Sebuah lampu chandelier bersenggayut dengan cahaya temaram menyoroti seisi ruang kerja pribadi Baron.

Terdapat satu meja dengan kursi kayu serta beberapa selaras rak buku di belakangnya. Rosalia menggerakkan rodanya maju kemudian berhenti di salah satu rak. Jemari kurusnya menarik salah satu bingkai foto. Terukir senyum hangat di wajahnya.

"Tuan Baron sangat menyayangi anda, Nona. Bahkan dalam ruang kerjanya saja ada foto kalian." ucap Norvin dari belakang setelah pria itu menurunkan koper. Rosalia memutuskan tinggal di istana setelah mendapatkan izin dari kakaknya. "Anda sungguh yakin ingin tinggal disini?"

Rosalia menaruh benda itu ke tempat asal lalu mengalihkan pandangannya kepada pelayan setia keluarga Gevariel. "Iya, setelah membereskan semua barang kau bisa langsung pulang."

"My Lady, kenapa mendadak sekali? Anda juga melarang saya untuk ikut." Norvin maju selangkah dengan raut wajah cemas.

"Norvin, tenanglah ... hal yang dikhawatirkan olehmu tidak akan terjadi." Gadis itu menggenggam tangan Norvin sembari menepuknya pelan. "Aku akan baik-baik saja."

"T-tapi apa saya tetap diperbolehkan datang kesini untuk mengecek keadaan anda?"

Rosalia mengangguk mantap. "Tentu saja."

"Syukurlah, kalau begitu sekarang saya mau memindahkan semua barangnya ke dalam kamar." Helaan napas lega keluar dari mulut pria berkacamata itu. Norvin berlalu bersama dua koper yang penuh akan pakaian dan tumpukan buku Rosalia.

Sudut bibir Rosalia beringsut turun berubah murung. Bukan tubuh melainkan jiwanya yang merasa kelelahan. Dia lelah lantaran menahan segala rasa yang terus berkecamuk di dalam dada.

Layaknya boneka tali segala bicara dan tingkahnya di atas kendali seseorang. Namun apa daya ketakutannya jauh lebih besar sehingga dia memilih diam. Selama nyawa orang-orang tersayangnya aman.

***

Udara mulai terasa hangat saat memasuki musim panas, Rosalia berendam dalam bak mandi dibantu seorang pelayan istana. Air dingin menyentuh permukaan kulit pucatnya bercampur harum bunga kenanga. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, tempurung otaknya kembali keruh.

Apa yang akan terjadi jika aku menolaknya? Sedetik kemudian dia menggelengkan kepala cepat. Rosalia berusaha mengenyahkan segala pikiran buruknya.

"Nona, nanti siang tabib istana akan datang menemui anda." Selesai membersihkan diri, pelayan itu menyematkan gaun milik Rosalia yang dia ambil dari lemari. Wanita itu pamit dengan sopan setelah tugasnya usai, "Jika anda membutuhkan sesuatu saya ada di depan pintu."

Lihat selengkapnya