Norvin mengelap kacamata terlebih dahulu, sebelum memicingkan mata penuh curiga ke arah pria di depannya. Antony datang sambil menggenggam satu buket bunga anyelir merah. "Nona, siapa pria ini?"
Rosalia tersenyum sumringah, "Antony, tabib istana yang merawatku."
"Senang bisa berkenalan dengan anda," Norvin mendekat lalu mengulurkan tangan. Antony lekas menerima jabatan tangannya. Walaupun sedikit canggung sebab pria tua itu melempar tatapan yang terkesan sinis. "Osmar Norvin, pelayan dari keluarga Gevariel."
Antony tetap menyunggingkan senyum meskipun sorot mata Norvin kian menusuk. Dia mengalihkan perhatiannya kepada Rosalia. Baru saja ingin menyodorkan buket tersebut kepada gadis itu. Tiba-tiba Norvin membentangkan tangannya dengan mata melotot setelah mendengar ucapannya.
"Aku harap kau menyukainya."
"Apakah anda tidak pernah belajar tentang tata krama?" ketus Norvin tidak terima, "Jaga cara bicara anda terhadap My Lady."
"Ma-maaf saya tidak bermaksud demikian."
Tabib muda itu merutuk di dalam hati atas kecerobohannya sehingga menyebabkan salah paham. Dia memang sudah jauh lebih akrab dengan Rosalia. Kebersamaan mereka sudah berjalan selama sebulan terakhir, tetapi hari ini adalah yang pertama dia bertemu Norvin.
"Anda tidak tahu sopan santun-"
"Cukup, dia berkata seperti itu atas persetujuanku. Berhenti memarahinya, Norvin." Rosalia memotong ucapan Norvin cepat.
Norvin pun langsung mengatupkan bibir enggan untuk bersua namun berlaku hanya untuk sementara. Rosalia sejenak menghela napas panjang, "Ayo, kita ke perpustakaan. Ingat janjimu kemarin lusa?"
"Aku tidak mungkin lupa," Antony melanjutkan perkataannya sambil mengulum senyum, "Apalagi jika mengenai dirimu."
Pria itu berdecak sebal saat melihat wajah Antony yang bersemu merah. Tidak, dia bukan cemburu hanya saja karena terlalu sayang dan menganggap Rosalia seperti anak kandungnya sendiri. Norvin menjadi sangat selektif terhadap siapapun yang ingin dekat gadis itu. Terlebih Baron sedang pergi berperang dimana tanggungjawab penuh jatuh ke tangannya.
"Nona, beri izin saya untuk ikut bersama anda."
Rosalia menggeleng pelan, "Tidak, aku tidak mengizinkanmu."
"Kenapa tidak boleh? tugas saya adalah menjaga anda."
"Norvin ...," gadis bertubuh kurus itu menegur, "Jangan berlebihan begitu, kalau kau ikut pasti suasana jadi tidak nyaman. Antony akan merasa canggung karena kau terus menatapnya tajam."
Pria tersebut terdiam, menurunkan egonya sendiri. Dia akhirnya mematuhi keinginan Rosalia. "Baiklah, saya akan menunggu Nona disini."