Evangeline menarik kursi besi bercat putih lalu menghempaskan bokongnya. Duchess Veronika Gilmer pun mengikutinya. Dia adalah seorang dayang dan sudah bertugas sedari Tuan Putri berusia lima belas tahun. Mereka duduk di antara tumpukan pot bunga krisan warna-warni yang mengisi hampir seluruh taman kaca. Segelintir bunga anggrek juga tergantung memperindah dindingnya.
Selang beberapa menit Cleo datang membawa troli penuh akan cemilan serta kue manis. Jemarinya mengcekram pegangan teko, perlahan kepulan asap melayang ke udara. Gadis dengan rambut model kepang satu itu menuangkan teh hangat kepada dua cangkir berukiran emas yang kosong.
"Besok kita akan mengunjungi Duchy York serta ikut acara sosial bersama Putri dari Duke Griffin," papar Veronika kemudian meneguk teh sekali sebelum melanjutkan bicaranya, "Saya sudah menyiapkan segalanya yang anda butuhkan."
"Terimakasih, Nyonya Veronika."
"Yang Mulia, ada beberapa surat undangan untuk anda." ujar Cleo setelah selesai melakukan aktivitasnya.
Wanita berkulit putih semulus porselen itu mengambilnya kemudian meneliti satu persatu dengan alis berkerut. Evangeline tidak menemukan nama pengirim yang dia cari yaitu Baron.
Sebanyak tiga kali kiriman namun tak ada satupun balasan untuknya. Semuanya hanya mengenai undangan pesta teh. Gejolak amarah mulai bergumul di dalam dada. Dia mendengkus dan merobek semua amplop itu kasar.
Veronika lantas menggelengkan kepala, dia mengelus bahu Tuan Putri sarat dari bentuk simpati. "Your Highness, mengapa anda merobek surat-surat itu?"
"Pria itu menyebalkan sekali!"
"Saya tahu ... Mari kita bicarakan ini secara baik-baik. Apa yang membuat anda sangat marah?"
"Baron tidak membalas suratku."
"Mungkin dia tidak memiliki banyak waktu sehingga lupa." tutur Veronika berusaha menenangkan sang lawan bicara.
Evangeline berdecak kesal, "Sudahlah, aku mau kembali ke kamar saja." Kemarahan berhasil menguasai dirinya sampai mengabaikan sekitar. Dia tetap melenggang pergi meskipun harus sedikit kesusahan mengangkat bawah gaunnya yang hampir menyentuh tanah. Cleo panik ingin mengejar tuan putri tetapi disisi lain dia merasa tak enak hati meninggalkan Veronika.
Veronika paham akan situasinya, wanita itu berdeham pelan. "Kejarlah sebelum tuan putri merusak apapun yang ada di hadapannya."
"B-baik, Nyonya."
Cleo berlarian kecil berharap mampu memperpendek jaraknya dengan Evangeline. Gadis itu melesat secepat kilat sampai benar-benar punggungnya hilang dari pandangan. Veronika lantas menikmati tehnya lagi seusai mengunyah habis potongan kue terakhir.
"Mereka memang termasuk orang bodoh ya, Pertama Evangeline lalu ... Rosalia."