Setelah kejadian malam itu Rosalia maupun Antony menjadi canggung. Tabib muda itu merasa bersalah dan juga malu karena tanpa izin mencium bibir tipis Rosalia. Pikirannya kerap melalang buana ketika tidur, mandi bahkan saat makan pun. Dia tidak bisa melupakannya.
Jika berpapasan Antony hanya sanggup memberi hormat kemudian berlalu pergi. Dia terlihat seperti pengecut karena begitu malu. Rosalia kebingungan dengan perubahan sikapnya namun enggan bertanya. Mereka memilih saling diam selama beberapa hari.
Akhirnya Antony yang tidak tahan berlama-lama berjauhan mengumpulkan keberanian untuk memulai perbincangan. Dia mengunjungi kamar Rosalia seperti biasa sambil membawa buket bunga mawar segar. Pelayan yang menjaga di depan pintu mendorongkan pintu untuknya. Pria itu menarik napas dalam sebelum masuk.
"Selamat siang, Rosalia."
Gadis itu lekas menoleh dengan wajah sumringah. "Selamat siang."
Antony berjalan mendekat ke arahnya kemudian menyodorkan buket itu sambil memalingkan wajah. Tiba-tiba pipinya bersemu merah, "Tolong terima ini sebagai permintaan maafku."
"Maaf untuk ciumanmu tempo hari?" tanya Rosalia polos.
"J-jangan berkata begitu! Duh, memalukan sekali." pungkas tabib muda itu rikuh.
Rosalia menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang daun telinga sambil mengulum senyum. Dia menerima buket itu lalu berucap santai, "Tidak apa-apa, terimakasih ya bunganya begitu indah."
Tetap jauh lebih indah dirimu. puji Antony di dalam hati. Rosalia memakai gaun selutut dengan renda di bagian bawah dan kedua sisi lengannya. Bahannya yang terbuat dari katun berwarna kuning gading semakin menambah cerah kulit gadis itu.
Mereka menghabiskan waktu bersama membicarakan hal-hal bermula dari yang penting sampai tidak berguna. Detak jam dinding terus berbunyi sampai menunjukkan pukul empat. Langit senja terlukis di balik panel jendela.
Antony melirik sekilas lalu menghela napas panjang. Terpaksa dia harus mengakhirinya karena ada urusan lain. "Jika selesai lebih cepat aku akan menemuimu lagi saat malam. Sampai jumpa, Rosalia."
Rosalia menganggukkan kepala paham, "Aku mengerti, sampai jumpa nanti."
Kini gadis itu sendirian ditemani keheningan. Pandangannya terpaku kembali kepada bunga mawar tadi. Dia menghirupnya sejenak lalu menaruh tiga tangkai bunga tersebut ke dalam vas bunga putih di sisi rak buku. Posisinya persis berada pada samping jendela.
Rosalia melanjutkan aktivitasnya yaitu membaca buku. Beberapa novel ringan tentang percintaan. Ada sebanyak lima cetak buku namun baru terbaca dua saja. Dia juga tak habis pikir mengapa meminjam buku semacam itu. Malam semakin larut dan Antony ternyata masih sibuk. Sudah lewat pukul sepuluh tetapi batang hidungnya tak kunjung kelihatan.