Baron Vengeance

Panipun
Chapter #13

BAB 12 : Mawar Beracun

Antony perlahan mengerjapkan mata, entah berapa lama dia terpejam. Ruangan begitu gelap dan penerangan terbantu dengan obor pada tiap dinding batu. Pria itu bangkit lalu terduduk menatap sendu ke depan. Sel-sel jeruji besi menghalau kebebasannya. Antony menjambak rambut frustasi ditambah erangan penuh pilu.

Rosalia kesakitan, gadis yang dia cintai menderita. Dia tidak berhasil menyelamatkannya benar-benar sangat menyesakkan dada. Seakan terhimpit sesuatu tak kasat mata. Tangannya yang bebas berulangkali memukul dada berharap dapat mengenyahkan segala rasa perih dan penyesalan yang kian menumpuk.

Tabib muda itu merasa hilang harapan berserta dunianya yang runtuh. Tangisnya membuncah sampai sesenggukan alhasil mengusik ketenangan penjaga di depan sel. Pria paruh baya tersebut menggedor keras jeruji sel. "Berisik tutup mulutmu bodoh!"

Antony mendongak ke arah jeruji, merangkak maju diatas ketidakberdayaan. Dia menggenggam jerujinya kuat, "Aku harus menyelamatkan Rosalia, tolong bebaskan diriku." pintanya dengan wajah memelas.

"Nona Rosalia telah meninggal dunia dan dia akan di kubur besok pagi." jelas penjaga itu lugas tanpa rasa simpati sedikitpun.

Genggaman tabib itu beringsut lesu, tubuhnya yang bersimpuh luruh dengan kepala tertunduk. Tetesan air mata jatuh bergantian menghujam lantai batu dimana dia berpijak.

"Aku tidak membunuhnya jadi mohon segera lepaskan aku."

Penjaga itu mendengus sebal, "Masih berani membela diri sedangkan kau membawa bunga beracun untuk Nona Rosalia."

"Bunga beracun?" Antony membeo keheranan.

Jika ucapan penjaga itu benar bahwa bunga mawarnya beracun. Saat Antony membelinya di toko bunga langganan, pria itu juga menghisap harum khas buket. Seharusnya nyawa miliknya yang terenggut lebih dulu tapi mengapa bisa Rosalia?

***

"Hei, bangun."

Perintah penjaga tahanan kepada Antony yang masih setengah sadar. Dia dipaksa berdiri sedangkan nyawanya saja belum terkumpul benar. Pria itu berjalan sempoyongan dengan pandangan yang sedikit kabur. Bawah matanya mulai menghitam dan juga sembab akibat terlalu lama menangis.

Antony membututi langkah kaki sang penjaga dari belakang. Kedua tangannya terikat rantai panjang. Tabib muda itu ditarik selayaknya seorang budak. Dia yang membisu sedari kemarin akhirnya mengeluarkan suara, "Kau mau membawaku kemana?"

"Ke aula, hari ini adalah penentuan untuk hukumanmu."

Puluhan pasang mata bangsawan yang hadir seakan mencemooh Antony. Mereka pun menggunjingkan tindakannya sambil berbisik. Raja Barbarosa duduk di singgasana menatap Antony datar sementara perdana menteri kini berdiri jauh di hadapannya.

Seorang pelayan datang membawa nampan berisi mawar yang mereka bilang beracun serta botol kosong bekas Vulnera. Menurut ingatan dia telah membuangnya saat di padang rumput.

Sang tabib terbelalak ketika mengetahui kedua benda tersebut terutama botol yang dipegang perdana menteri, Ezra Fernando. "Bisakah anda jelaskan darimana mendapatkan semua ini?"

Lihat selengkapnya