Baron Vengeance

Panipun
Chapter #18

BAB 17 : Langkah Awal

Penjelasan atas peristiwa yang menimpa Norvin tempo hari menjadi beban pikiran bagi Baron. Dia duduk dalam diam di kereta kuda bersama Devian. Sementara pelayannya yang sedang berziarah ke makan Rosalia mereka tinggalkan bersama Maximilian.

Norvin masih betah berlama-lama sambil menyalahkan kebodohannya. Dia merasa sangat lemah dan tak berguna. Kepercayaan yang Baron berikan padanya telah gagal pria tua itu jaga. Maximilian yang mempunyai iris tembaga itu membisu di belakang Norvin. Dia menatap sendu Norvin yang menangis sesenggukan.

Sebagai sahabat dekat Baron meskipun hubungannya terkadang terlihat tidak akur. Maximilian mengerti kesedihan yang Baron rasakan. Segala pengorbanannya demi membahagiakan sang adik. Tetapi terpaksa berakhir dipisahkan oleh kematian. Dunia mereka sudah terpaut jauh berbeda terbatas antara bumi dan langit.

Tradisi pesta bir malam nanti pun Baron memilih absen. Perayaan pesta kemenangan untuk para prajurit kekaisaran selepas memenangkan sebuah perang. Maximilian dan Devian saja yang akan hadir. Dia paham Baron membutuhkan waktu sendiri. Bagaimanapun kehilangan orang yang paling berharga bukanlah hal yang mudah.

Baron bahkan telah mengajukan permohonan kehadapan Raja Barbarosa cuti selama waktu yang tidak ditentukan. Enam bulan terakhir sepeninggal adiknya, kehampaan yang terus membayangi setiap langkah. Dia sempat tidak memiliki minat terhadap segala hal sebelum akhirnya menemukan sebuah titik balik. Cahaya terang yang akan menjadi penuntun bagi dirinya mencari kebenaran akan ritual pembangkitan manusia.

Raja Barbarosa tentu awalnya menolak namun setelah melalui negosiasi panjang akhirnya ia memberikan persetujuan. Baron menyerahkan penjagaan perbatasan wilayahnya ke Maximilian. Pria itu menghela napas panjang karena bukan kali pertama Baron merepotkannya. Dia tidak keberatan memegang kendali semuanya asal tetap sesuai kapasitas diri. Terkadang kesal jika mengingat kelakuan tak sopannya Baron. Maximillian beberapa kali ingin mengubahnya menjadi patung es saja.

Dia memiliki sifat lebih mengayomi selain karena umurnya jauh tiga tahun lebih tua, ia tahu Baron adalah yatim piatu. Bocah pemurung dan pendiam itu dapat berkembang menjadi lebih baik atas bantuan bimbingannya semasa di akademi. Ya, kemampuannya melesat hingga mampu mensejajarkan posisinya sekarang.

Devian memeriksa kembali sekantung barang keperluan yang Baron minta. Beberapa bahan makanan, perkakas, alat senjata, peta dan sebagainya. "Tuan, ngomong-ngomong semua benda ini untuk apa?"

"Aku akan pergi dalam waktu yang lama." sahut Baron tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela kereta kuda.

"Kemana kau akan pergi?"

"Hutan barat wilayah County Petersburg. Tolong, siapkan keberangkatannya untuk besok pagi."

"Sungguh? Lalu bagaimana dengan posisimu, Tuan? Bukankah sangat berbahaya meninggalkan penjagaan perbatasan wilayah tanpa seorang pemimpin?" Devian mencecar pertanyaannya dalam satu tarikan napas.

Lihat selengkapnya