Baron Vengeance

Panipun
Chapter #23

BAB 22 : Laut dan Badai

Bintik cahaya dari ujung hutan kian melebar. Padang rumput luas dengan jalan setapak menjadi tempat pemberhentian Nowaru. Monster itu melaksanakan perintah dari Raja Jenoa yaitu mengantarkan Baron dan Cornelia keluar dari hutan Phillilotus.

Pria berambut rona abu-abu itu tidak lupa menggendong tas di punggungnya. Peralatan berkemahnya bahkan telah terkemas rapi oleh peri pelayan istana. Jenoa pun mengklarifikasi identitas Baron tanpa sepengetahuan pria itu demi memberantas kesalahpahaman. Warga peri lantas memberikan sekeranjang buah segar sebagai bentuk permintaan maaf karena telah menuduhnya sebagai penyusup.

Baron turun perlahan kemudian menangkap tubuh Cornelia yang meloncat dari atas. Nowaru menggoyangkan kepalanya sehingga helaian bulu-bulu halus berwarna keunguan yang lebih panjang disekitar lehernya ikut beterbangan. Pria itu tengah menepuk pucuk kepala sang monter lembut sambil berbisik, "Terimakasih banyak, semoga kita bisa bertemu lagi."

Nowaru menjilat wajah Baron dan Cornelia sebagai balasan sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam hutan. Wanita bernetra kelabu itu kini terduduk di rerumputan lembab bekas sisa hujan. Dia tidak siap saat hewan itu tiba-tiba menempelkan liurnya sampai membuat dirinya terhuyung ke belakang. Baron tertawa kecil lalu mengulurkan tangannya. Cornelia pun lekas menerimanya dan bangkit sembari menepuk-nepuk bokong yang kotor terkena tanah.

"Selanjutnya kita akan kemana?"

"Kita akan pergi ke kerajaan Vilsshafen. Aku berharap ada keberangkatan untuk hari ini."

Sesampainya di kota terlihat beberapa orang sebagian sibuk memperbaiki atap rumah bahkan wajah para pedagang nampak kelelahan setelah menegakkan tenda. Barang dagangan mereka pun berserakan di jalan. Baron memilih bertanya kepada salah satu warga yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Seorang wanita paruh baya tengah menata kembali pot bunga koleksinya.

"Permisi, Nyonya. Aku ingin bertanya tentang suatu hal."

Wanita itu terkesiap kemudian menoleh ke arah sumber suara lalu sedetik kemudian mengusap dadanya lega. "Demi Lunathea, kau membuatku terkejut."

Baron tertawa hambar berusaha mencairkan suasana canggung, "Maaf jika saya menggangu waktu anda."

"Merepotkan sekali, semua ini karena badai hebat semalam."

"Badai? Bagaimana dengan keadaan pelabuhan sekarang?"

"Aku dengar untuk sementara waktu pelabuhan akan tutup. Tidak ada jadwal keberangkatan sampai gelombang air laut reda." terang wanita gempal itu tanpa mengalihkan pandangannya terhadap pecahan pot bunga. Dia memungutnya sambil sesekali menggerutu.

Baron lekas mengucapkan terimakasih dan berlalu ke penginapan. Langkah pria itu dua kali lebih cepat sehingga Cornelia harus berlarian kecil untuk mengejarnya.

"Aww!"

Cornelia sontak berdesis ketika wajahnya menabrak pria asing sementara Baron sudah jauh dari jangkauannya. Dia yang sejak awal berjalan dengan kepala tertunduk kini menengadah.

"Kau tidak punya mata?"

"M-maaf saya tidak sengaja."

Lihat selengkapnya