Baron Vengeance

Panipun
Chapter #24

BAB 23 : Pertemuan

Pita besar membentang di atas langit-langit istana menjulur ke setiap sisi. Pilar bangunan dihiasi tumpukkan bunga segar termasuk tangga utama di aula. Lampu chandelier yang megah bagaikan bongkahan kristal memantulkan kerlipan cahaya. Para bangsawan saling bertukar cerita akan pencapaian. Mereka juga tak luput sambil menikmati minuman serta jamuan khusus acara. Tabiat kaum kelas atas yang paling Baron benci ketika menghadiri pesta.

Cornelia tiba-tiba menyelipkan tangannya ke antara sikunya. Suasana ramai justru membuat perempuan itu tidak nyaman. Baron tahu maka langsung menekuk lengannya supaya makin erat. Pria itu menyunggingkan senyum tipis berusaha menenangkan kegelisahan Cornelia. Perempuan itu mengangguk berusaha tetap tenang dan percaya saja kepada Baron.

Lagipula ia tidak harus merasa takut karena hanya perlu menemaninya saja. Langkah kakinya sedikit terseok-seok karena baru pertama kalinya mengenakan sepatu hak tinggi. Belum lagi ia harus memakai gaun berwarna hijau muda panjang dengan model bawah rok mengembang lebar ke atas. Lalu pita melilit sekitar pinggang rampingnya dan korset ketat yang cukup membuat sesak sampai menimbulkan garis dadanya meski samar.

“Selamat datang kawanku, Marquess Baron Gevariel!” seru Raja Raylen tepat saat melihat sosok pria tinggi dengan netra biru yang jernih itu.

Baron membungkuk hormat diikuti Cornelia. Sebelumnya Baron sudah mengajarkan soal tata krama kepada perempuan itu. Dia tidak mungkin mengajaknya jika tanpa persiapan yang matang. “Suatu kehormatan bisa menghadiri acara pesta anda, Yang Mulia.”

Raja Raylen tertawa renyah lalu menepuk bahunya beberapa kali. Beberapa pasang mata melirik penasaran kemudian mulai berbisik. Baron menyunggingkan senyum namun di dalam hati sebenarnya kesal dengan sikap pria tua itu yang tidak tahu tempat. Cara bicaranya yang mendadak tidak formal tentu menarik perhatian tamu. Raja Raylen suka lupa bahwa dia adalah penguasa jika bertemu dengan teman dekatnya.

Semua terjadi karena dulu Baron pernah membantunya. Permasalahan utamanya Raja Raylen kekurangan pasokan tanaman Firagaweed. Sebab struktur tanah wilayah benua Jaune kurang lembab sehingga tidak bisa menanamnya. Tumbuhan tersebut harus melalui proses khusus terlebih dahulu sebelum berubah menjadi benang lalu kemudian lanjut ke produksi. Maka terciptalah serat kain dari kumpulan benang halus tadi yang merupakan bahan utama membuat pakaian dan semacamnya.

Baron menyarankan Raja Raylen berkerja sama dengan keluarga Marquess Curtis yang mempunyai perkebunan swasta terbesar di kerajaan Greenezt. Maximillian sebagai perwakilan akhirnya datang membuat perjanjian kontrak pembagian hasil. Semenjak itu hubungan baik mereka berlangsung lama sampai-sampai menjadi akrab. Baron seringkali datang berkunjung ke Kerajaan Leafstone walaupun bukan kepentingan dinas semata.

“Saya dengar pelabuhan sementara tidak beroperasi dulu. Apa benar demikian?” pertanyaan Baron dibalas deheman. Raja Raylen mendekat kemudian berbisik. Baron mengangguk paham hal tersebut tidak baik bila dibicarakan di depan umum. Pria tua itu mengajaknya ke tempat yang lebih aman. “Oh, baiklah. Cornelia … aku mau pergi sebentar bersama Raja Raylen karena ada hal penting. Bagaimana apa kau tidak masalah?”

Perempuan berambut kemerahan yang telah disanggul rapi model high bun itu tidak lekas menjawab. Sisa helai rambut pendeknya dibiarkan terurai membungkus kedua pipi. Cornelia memandang canggung ke seisi ruangan yang penuh rasanya seperti ada benda tak kasat mata menghimpit paru-paru.

“Cornelia?”

Lihat selengkapnya