Putri Mahkota Greenezt tengah berbincang ringan dengan beberapa wanita bangsawan yang hadir. Pria berambut kemerahan yang disisir klimis ke belakang ikut menemaninya. Kashawn mengenakan setelan jas merah dipadukan bersama kemeja hitam sepadan dengan gaun Tuan Putri. Netra hijaunya mewaspadai sekitar aula istana. Di luar dugaan tiba-tiba dari arah belakang seseorang menubruk tubuh Putri Evangeline. Dia segera bersikap defensif merentangkan lengannya setelah sang pelaku berjalan mundur sempoyongan.
“Sialan, cepat minggir sana.” celoteh Cornelia asal.
“Tidak perlu, Kashawn.” Putri Evangeline menepisnya pelan lantas mendekat ke arah Cornelia. “Siapa anda dari keluarga bangsawan mana?”
Cornelia menyipitkan mata memindai dari atas sampai bawah penampilan Tuan Putri. “Gaun itu terlalu mencolok seperti badut.”
Putri Evangeline spontan melihat tubuhnya padahal desainnya sangat polos. Kashwan diam-diam mengerutkan alis menangkap keanehan dari cara bicara perempuan itu kemudian berbisik. “Your Higness, jangan marah dulu dia sedang dalam pengaruh mabuk.”
“Oh?” Tuan Putri menipiskan bibir ranumnya. “Tetapi aku masih ingin dengar permintaan maaf darinya.”
Cornelia dengan langkah yang gontai menjauh namun lagi-lagi Putri Evangeline mengulang pertanyaan yang sama. Seketika perempuan itu berhenti lalu menatapnya kembali. “Siapa nama anda?”
“Cornelia Stone.” Cornelia memiringkan kepala sorot matanya mendadak sendu lalu hendak menarik sisi samping gaun. Beruntung saat detik-detik terakhir mau menunjukkan bekas cap segelnya sesuatu yang hangat menyentuh permukaan kulit. “Soal keluarga aku tidak punya—”
“Kenapa kau berani sekali melakukannya?”
Suara berat dan dalam milik Baron masuk tepat ke gendang telinga Cornelia. Perempuan itu mengerjapkan mata sambil mengacungkan ruas telunjuknya kepada Putri Evangeline. “Dia bertanya jadi aku jawab.”
Baron merengkuhnya disertai bergeleng-geleng. “Tidak baik, jangan pernah memberitahukannya kepada siapapun. Cukup aku saja, paham?”
Cornelia manggut-manggut saja walaupun sesungguhnya ia tidak seratus persen mengerti karena pening. Denyutan nyeri mulai menyerang kepalanya. Putri Evangeline membekap mulut tak dapat dipungkiri ia terkejut karena bisa bertemu Baron. “Aku tidak menyangka kau ada disini.”