BAB I : SI ANAK INDONESIA, PRATAMA BUDIMAN
Pantulan suara bola basket begitu keras dimainkan oleh 6 orang siswa laki-laki di SMA Ishiyama dengan sistem permainan 3 on 3. Permainan yang indah dan terlihat seksi seperti melihat pemandangan alam dari atas bukit ditambah lagi teriakan mereka yang bermain basket terdengar sampai keluar lapangan indoor. Membuat atmosfer di dalam sana semakin kuat untuk menaikkan semangat pada masing-masing pribadi “Hey, umpan bola kesini!” terdengar suara orang yang meminta bola di dalam lapangan indoor. “Defense!...Defense..!” terdengar lagi suara orang yang berteriak di lapangan indoor. “Braaak!!” suara dunk yang kencang dari seseorang yang memasukkan bola basket ke dalam ring menjadi penutup riuhnya isi lapangan.
“Yosh!... ini yang ketujuh kali aku melakukan dunk.”
Seru seorang pemain center, Sorey Shimazu. Kelas II-C. Dengan alis tebal, berambut pendek dengan rambut-rambutnya seperti landak. Tinggi badannya 190 cm.
“seperti biasanya… kau melakukan dunk yang cukup banyak dalam waktu 3 menit.”
Kata Ryouta Fukunishi, seorang Shooting Guard. Kelas II-C dengan tinggi badan 180 cm
“Hoi… Sorey, itu masih belum ada apa-apanya” Jawab Tobio Michiru, pemain Center. Kelas III-C, tinggi badan 197 Cm
“hmm… Sorey memang suka kegirangan seperti itu.”
tambah Satoru Takuya, pemain Forward. Kelas III-B. tinggi badan 192 Cm.
“Hey, Tobi-chan! Jangan meremehkanku ya! Bagaimana kalau kita one-on-one?”
Sorey kembali berbicara. Kali ini ia menantang Tobio bermain one on one. Entah apa yang dipikirkannya yang jelas Sorey merupakan orang yang berbicara sesuka hatinya saja.
“Hah?! Lagi-lagi kau memanggilku Tobi-chan? Dasar adik kelas yang kurang ajar. Tapi, boleh juga kau menantangku one-on-one. Ayo, kita mulai!” Tobio menerima tantangan dari Sorey.
“ Dasar si Sorey bodoh..! sudah tahu dia sering kali kalah melawan Tobio. Asli ‘otak udang’”
kata Kyo Nobisuke, seorang Small Forward yang sedang memakan cemilan yang cukup banyak. Mengatakan ‘otak udang’ kepada Sorey. Dia dari kelas III-A. tinggi badan 184 Cm.
“ Kyo-Senpai jahat! Memanggilku ‘otak udang’. Kali ini aku tidak akan kalah sama si jangkung ini”
sambil menunjuk Tobio. Dalam hati, Tobio bergumam
Dasar bocah gila! Tak ada habisnya mengejekku. Awas kau!
Kemudian mereka langsung memulai one-on-one. Sorey melakukan offense, sedangkan Tobio melakukan defense.“ Nah, Tobi-chan… Ayo! Bersiaplah untuk merasakan kehancuranmu”.“
ciiih… dasar mulut terompet. Kita lihat saja siapa yang paling banyak memasukkan bola”
kata Tobio dengan senyum menantang. Sorey memantulkan bola dan bersiap-siap menyerang. Hitungan detik Sorey mulai bergerak dan berlari mencari celah agar dapat melewati Tobio. Namun Tobio terus membayangi Sorey. Meskipun mereka tinggi semampai, tapi Tobio masih unggul mengenai postur tinggi daripada Sorey yang memiliki tinggi 190 cm. sedikit mengeluh karena tidak dapat melewati Tobio tidak membuatnya menyerah atau berhenti berlari. Beberapa menit ia berlari mencari celah akhirnya ia pun mendapatkan celah dan langsung melewati Tobio dengan gocekan yang baik dan langsung nge-dunk di ring basket.
“ wah, Sorey hebat……” kata Ryouta sambil bertepuk tangan.
“ iya sih.. bagus. Tapi, kelamaan larinya. Jadi bosan lihatnya.”
Gumam Kyo dengan suara yang lesu.
“Kyo-senpai memang menyebalkan… setelah ini, kamu harus melawanku!”
kata Sorey yang kesal dengan Kyo.
“hey..! mulut terompet. Cepat kau defense. waktunya aku yang menyerang.”
Kata Tobio bernada tinggi
“Oke, Jangkung-senpai. Aku siap!”
ciih.. Jangkung-senpai katamu?! Awas kamu!
Tobio mulai kesal dalam hati. Tobio langsung mengambil ancang-ancang menyerang. Serangan Tobio tidak seperti Sorey yang tidak terlalu banyak berlari. Ia cukup melihat sisi sampingnya. Setelah melihat sisi samping, ia melangkah ke kanan beberapa langkah. Tanpa basa-basi langsung melepaskan tembakan diluar lingkaran. Bola tersebut masuk ke dalam ring.
“WOOOOW!!! Tobio! Kau keren!” Kyo mulai berteriak.
“Keren, Gundulmu! Apanya yang keren Cuma langsung ‘nembak’ gitu?” Kata Sorey kesal. “Hoi.. Suka hatikulah… mau langsung nembak kek… mau gocek-gocek kek.. bukan urusanmu. Mulut terompet!...”Tobio kembali kesal.
“nggak bisa kayak gitu… najis…!”
“kau bilang apa!! Najis?!... kamu sendiri apa?!.. Mulut terompet!” keributan mereka tidak terhentikan, datang seorang pemuda langsung melemparkan 2 bola basket ke kepala mereka dengan keras.
“Hoi.. berisik kalian para jangkung gila! Kalau mau ‘berantem’, diluar sana!” teriak Minamoto Hiromi, seorang kapten tim basket yang berposisi sebagai Forward. Tinggi badannya 178 Cm. kelas III-A
“kalian kalau ribut-ribut seperti tadi, kalian bakal dapat hukuman. Membersihkan tempat ini sampai bersih.”
Lanjut Ikki Kayo, seorang gadis muda yang menjadi pelatih tim basket Ishiyama. Ia dari kelas III-A dengan postur tubuh yang ideal dan tinggi badan 168 Cm
“wah… jangan dong! Ampun deh… mulai sekarang kita damai..”
kata Sorey sambil memohon-mohon.
“Iya nih.. janji deh.. kita bakal damai” Tobio ikut memohon juga.
“baiklah… semuanya! Lusa kita sudah harus siap membuka stan untuk pendaftaran anggota basket yang baru.. jadi tolong semuanya sudah menyiapkan apa yang sudah kita rapatkan sebelumnya.”
Ikki memberitahukan persiapan pendaftaran anggota basket.
“dan tambahan dariku… 2 bulan lagi kualifikasi inter-high akan dimulai. Jadi, persiapkan diri kalian juga dan bimbing adik-adik kelas kita yang nantinya bergabung di tim basket Ishiyama. PAHAM!!” lanjut Minamoto
“PAHAM!!!” semua berseru.
“Oke, semua berkumpul, kita teriakkan motto kita!” semuanya mulai melingkar. Ketika Minamoto mengatakan “ISHIYAMA!!!” semua berseru “YES! WE CAN!”
***
Suasana ramai di bandara Narita pada pukul 7 malam. Seorang pemuda memakai jaket merah dan celana hitam serta sepatu sket hitam list putih sedang menunggu barang-barangnya keluar dari bagasi pesawat. Memiliki rambut ikal berwarna hitam dan pendek namun memiliki poni yang indah layaknya K-Pop dan beberapa sisi rambutnya ada yang cukup panjang menambah kesan ketampanan yang luar biasa. Pemuda ini bernama Pratama Budiman. Berasal dari Indonesia dengan postur tinggi 180 Cm dan berat badan 67 Kg. lebih akrab disapa Tama. sambil menunggu tasnya yang berwarna putih keluar dari bagasi dan beberapa oleh-oleh khas Indonesia diantaranya satu dus berukuran besar berisi Bika Ambon dan lapis legit dari Medan yang ia beli dari Bandara Soekarno-Hatta, 4 bungkus kemplang atau kerupuk Palembang yang ia bawa bersamanya ketika berada di dalam pesawat dan bakpia Yogyakarta dua dus dengan satu dus isi 6 kotak dengan rasa yang berbeda. Coklat, Keju, Kopyor, Kacang hijau, Srikaya, dan Mocha. Kemudian ia mengecek handphonenya. Ada pesan masuk. Pengirimnya adalah Tante Anita, salah satu bagian dari keluarganya. Isinya adalah “Tama, Tante ada diluar. Ditunggu.”. setelah ia mengambil barang-barangnya dari bagasi,ia keluar. Tantenya melambaikan tangan kearahnya. Tama melihat Tantenya disisi kirinya berada dibelakang pembatas. Lalu, mereka berdua meninggalkan bandara dengan menumpangi taksi. Didalam taksi, mereka mulai melakukan pembicaraan hangat. Yang pasti pakai bahasa Indonesia.
“kamu beli bika ambon, lapis legit, kemplang sama bakpia dimana?”
“kalau kemplang kebetulan didekat rumah ada yang jual. Kalau bakpia Jogja sih dikasih sama Om Karyo. Kalau bika ambon sama lapis legit sih beli di Bandara Soe-Ta”
“tapi itu mahal kan?”
“lumayan sih.. satu loyangnya 100 ribu. Karena ini berukuran besar. Kebetulan habis 500 ribu. Nggak apa-apalah.. sekali-sekali beli yang mahal”
“hmm… ya udahlah.. itu terserah kamu aja. Makasih banyak udah bawa oleh-oleh. Ngomong-ngomong, Tama.Bagaimana kabar keluargamu?”
“mereka baik kok, mereka juga nitip salam sama Tante.. apalagi Fika udah kepengen banget ketemu Tante.”
“hehe.. maaf ya.. Tante emang sampai sekarang belum bisa pulang ke Indonesia. Tapi memang ya adikmu itu cerewet sekali.”
“yaaah.. Tante’kan tahu sendiri sifatnya itu kayak apa. Kadang-kadang saya sampai pusing 10 keliling denger ocehannya dia tuh.”
“hehehe… benar banget tuh… hmm.. terus perjalananmu dari Jakarta ke Tokyo bagaimana?”
“yaahh… rasanya seperti naik unta melewati gurun pasir selama 3 hari 3 malam”
“hahahaha…. Tama… nggak kamu… nggak adikmu.. pasti bikin Tante ketawa terus. Memang keponakan Tante lucu-lucu semua.”
“Tante juga, makin cantik aja. Ngomong-ngomong, udah punya pacar belum, Tante?”
“hmm… punya nggak ya??.. kasih tahu nggak ya??.. kayaknya nggak usah deh…”
“hehe… kalau jomblo bilang aja.. hehe…”
“enak aja… kata siapa jomblo?”
“Kata saya….” Tama menunjuk dirinya sendiri dengan muka polos.
“isshh.. kamu nih.. sekarang punya dong. Kebetulan orang Jepang.”
“asyiiikk… punya pacar orang Jepang. Siapa namanya? Kenalin dong sama saya.” Tama kegirangan
“hehe…. Namanya Nakamura. Dia seorang guru SMA. Dan dia tampan loh..”
“hmm.. kira-kira seberapa tampan kalau dibandingkan saya..? hehe”
“Waaahh… itu pilihan yang sulit..hehe..”
“hahaha.. bercanda kok… …terus, kalian kenalnya kapan dan dimana?”
“Kebetulan Tante ketemu di sebuah minimarket didekat kantor Tante kerja 2 bulan yang lalu… sumpah deh, itu kejadian yang nggak bisa Tante lupakan. Kalau nggak ada si Nakamura itu, mungkin nyawa Tante bisa terancam deh.”
“terancam? Emang gimana sih ceritanya?”
“waktu Tante lagi belanja disitu, tiba-tiba ada 4 preman datang. Serem banget deh. Kebetulan Nakamura yang sebelumnya belum Tante kenal juga ada disana. nggak disangka loh Nakamura itu pemberani. Bisa ngalahin 4 preman itu. singkat ceritanya, setelah kejadian itu kami langsung pulang bareng deh. Tante di antar naik motor sampai depan rumah.”
“dan bisa ‘jadian’itu bagaimana?”
“kebetulan dia minta nomor handphone Tante.Ya.. abis itu sering komunikasi, sering ketemuan juga. dan akhirnya dia langsung ‘nembak’ Tante. Jadi, Tante terima deh. ”
“oh..begitu.. berarti suka sama suka dong.? Congratulations Tante.”
“haha.. terima kasih.. oh, ya. Satu lagi nih. Kebetulan dia itu guru di SMA Ishiyama loh. Nah, nanti kamu bisa jumpa sama dia. Apalagi kamu sempat bilang kalau kamu mendapatkan beasiswa dan sekolah disana’kan?”