BAB 3 : “JANGAN SENANG DULU, JUNIOR!”
Jum’at pagi hari, cuaca cukup cerah. Matahari bersinar sangat bersahabat untuk menyambut lembaran baru dalam mengisi kehidupan. Pemuda tampan dengan rambut pendek namun berponi dan ada beberapa sisi rambut yang sedikit panjang serasa menunjukkan sekali jenis rambut ikalnya. Tama kali ini berangkat ke sekolah menggunakan sepeda sport berwarna biru yang dimiliki Tante Anita. Karena Tante Anita jarang bersepeda jadi ia dipinjami sepeda tersebut. Berangkatlah ia ke SMA Ishiyama. Melewati jalan yang belum terlalu ramai di sekitar perumahan, lalu melewati waduk yang bening airnya seperti kaca yang baru dibersihkan menggunakan alat pembersih kaca di samping kirinya, sempat melewati jalan perkotaan yang juga ramai pejalan kaki di trotoar daripada kendaraan bermesin yang melintasi aspal perkotaan. Menggunakan helm sepeda beserta pengaman tubuh di siku dan lututnya. Seragam yang berwarna putih dengan dasi hitam dilapisi jas hijau daun yang indah, celana berwarna coklat dan sepatu sket hitam list putih kesayangannya. Wajah ceria nan semangat bagaikan seperti ingin mendapatkan penghargaan besar dari seorang presiden. Perjalanan yang ia mulai dari jam 06.00 hingga ia jam 06.45 telah tiba di gerbang sekolah. Ia berhenti sejenak dan menarik napas sedalam-dalamnya lalu menghembuskannya dengan cukup santai
Segarnya pagi ini. Kalau ke sekolah naik sepeda sudah pasti sangat menyenangkan. Meskipun tidak secepat naik bus yang bisa sampai 15 menit ditambah 5 menit jalan kaki dari halte bus sampai ke sekolah.
Itulah perkataan hatinya. Bergegas ia menuju ke parkiran sepeda yang berada disisi kiri gedung sekolah. Sampai di parkiran ia memarkirkan sepedanya ditempat yang telah tersedia. Di sebuah beranda nomor 4 disebelah kiri. Menaruh helm dan pengaman tubuhnya di ‘stang’ sepedanya. Tanpa beban ia langsung berjalan meninggalkan parkiran dan masuk ke gedung sekolah. Dilantai 1, ia meletakkan sepatunya di sebuah loker. Nomor lokernya 120. Berada sejajar dengan kepalanya. lalu mengambil sepatu berwarna putih dengan sol berwarna biru. Disebut sebagai wabaki. Sepatu tersebut ia pakaikan ke kedua kakinya. Sambil menggantung tas selempang berwarna merah dengan bertuliskan “DAMN! I LOVE INDONESIA” ditambah gambar burung garuda sesuai dengan desain asli lambang Indonesia dan pulau Indonesia dengan warna putih. Kelas I-B berada di lantai 2. Berjalan menyusuri anak tangga sambil mengikuti jalur anak tangga yang memutar balik dan memandangi sekeliling koridor lantai 2. Beberapa siswa ada yang sudah ada di kelas dan ada yang masih nongkrong di koridor. tak lama setelah itu, ada seorang siswa perempuan keluar dari kelas I-A dan melihat Tama sedang berjalan. Seketika ia berteriak “Hey! Ada Anak Indonesia!”
Semua yang tadi sibuk dengan urusan mereka masing-masing baik di kelas maupun di koridor langsung membuat satu gerombolan memutari Tama disana. Tama yang kaget menjadi bingung sambil menggaruk-garukkan kepalanya. entah apa yang terjadi, ia hanya melihat para siswa-siswi bergumam tentang dirinya.
“Hey, anak Indonesia. Boleh kenalan nggak? Namaku Tatsuma.” Seorang pria berambut cepak bernama Tatsuma.
“Namaku Shizune” Shizune, gadis manis dengan rambut sepanjang punggung dan berwarna hitam.
“Kalau aku Shiro" Kemudian Shiro, pemuda berbadan kurus memakai kacamata.
“Namaku Yuki. Kamu tampan sekali. Namamu siapa?” Dan yang agak merayu ini adalah Yuki dengan rambut dikuncir seperti ekor kuda. Mereka berempat dari kelas I-A.
Banyak yang mulai memperkenalkan diri mereka masing-masing. Dari kelas I-A sampai kelas I-D. Setelah itu, Tama langsung mengeluarkan “ehem” dengan keras dan membuka omongan
“Terima kasih sudah memperkenalkan diri kalian. Namaku Tama. Pratama Budiman. Salam kenal”
Semua siswa-siswi yang mengerumuni Tama kembali bergumam hingga ramai suasana koridor lantai 2.
“Eh, Tama-san. Kamu kenapa mengambil SMA di Jepang ?” Shizune bertanya kepada Tama.
“Wah… itu sih ceritanya panjang. Tapi intinya, aku memang sedang berkeinginan sekolah di Jepang”
“Kamu dapat beasiswa nggak?” Tatsuma bertanya.
“Kebetulan aku ikut beasiswa”
“Terus di Indonesia itu negaranya seperti apa ya?” Yuki bertanya kepada Tama.
“Waduuh.. kalau ditanya soal itu pasti penjelasan cukup panjang banget. Hmm.. aku harus mulai dari mana, ya?” Ia berpikir sejenak, setelah itu ia berkata.
“Hmm.. mungkin aku beritahu saja soal kuliner Indonesia.”
Semua siswa-siswi antusias ingin mendengarkan Tama bercerita tentang kuliner Indonesia. Ia pun menjelaskan macam-macam kuliner Indonesia yang sudah mulai diakui di mancanegara. Seperti Nasi Goreng, Sate Ayam, Rendang, Bubur Ayam, Pempek Palembang, Bika Ambon Medan, Gudeg Yogyakarta, Martabak Bangka dan sebagainya. Bahkan ada salah satu siswa yang bertanya apakah Tama membawa makanan yang telah disebutkan. Tama menjawab “Kebetulan aku bawa salah satunya”. Ia buka tasnya dan mengambil sebuah kotak makanan berwarna putih dan membuka tutupnya. Yang ia bawa adalah Bika Ambon dan Lapis Legit. Para siswa-siswi menjadi tergiur melihat kue asli Medan itu. Tiba-tiba sebuah tangan mendarat di kotak makan itu dan mengambil sepotong bika ambon. Itu tangannya Minamoto Hiromi. Kapten Basket Ishiyama. Ia langsung mencicipi kue tersebut. Ia makan Kue tersebut dengan penuh semangat. Betapa terkejutnya Minamoto merasakan kue Bika Ambon yang dibawa Tama. Rasanya yang enak dan tekstur yang agak kenyal serta bau harumnya membuatnya seakan-akan sedang santai di pantai.
“Senpai (Senior), bagaimana rasanya?”
“Ini…. Benar-benar rasa yang luar biasa!!!... baru kali ini aku makan kue seenak ini di Jepang”
“Maaf, itu Kue Bika Ambon. Asli Indonesia”
“Waaahh…!! Sugoi (Luar Biasa)..! ternyata oleh-oleh dari Indonesia ini mantap sekali.”
Tak lama kemudian datang Ikki dan Kyo dari belakang Minamoto dan bergabung dikerumunan.
“Hey.. hey.. ada apa sih ini ramai-ramai…?”
Ikki bertanya kepada Minamoto. Kyo tiba-tiba langsung melihat kotak makan yang dipegang Tama yang berisi kue Bika Ambon dan Lapis legit.
“Waaah!! Ada cemilan kue.. boleh aku minta?”
“Tentu saja… silahkan ambil semaunya!”
Dengan senyum bahagia Tama mempersilahkan Kyo mengambil kue di kotak makan Tama. ia mengambil kue Bika Ambon. Dengan ceria ia langsung meluncurkan gigitan pertama pada bika ambon yang ia pegang. Seperti yang dialami Minamoto, ia pun juga merasakan sensasi yang luar biasa bagai sedang santai di pantai. Badannya sampai berputar-putar menari-nari karena merasakan kelezatan kue tersebut.
“Oishi~ (Enak)! Ini benar-benar kue lezat yang pernah kurasakan seumur hidupku…”
“Heh?! Seriusan itu enak? Kalau begitu aku coba deh. Tama, aku minta satu ya.”
Tama mengizinkan Ikki mengambil Kue di kotaknya. Kali ini yang diambil adalah lapis legit. Setelah meluncurkan gigitan pertama. Wajah Ikki seakan sedang menikmati liburan musim panas selama 1 bulan.
Hmm… enak banget kue ini… rasanya nggak nahan banget dilidah.. sensasi manisnya yang legit itu bikin hatiku jadi bergetar. Kue Indonesia ini benar-benar luar biasa..
“Kalau itu namanya lapis legit. Rasa manisnya legit’kan?”
Ikki mengiyakan pertanyaan dari Tama. kemudian Tama langsung membagikan kue-kue tersebut kepada kerumunan siswa-siswi yang dari tadi mengerumuninya. Namun, karena tidak banyak. Tama mengatakan pada semua siswa-siswi disana agar kue tersebut dibagi kecil-kecil agar semua kebagian. Semua ekspresi wajah dan aura mereka semua berubah menjadi bahagia dan semangat pagi pada waktu itu semakin meningkat. Ryuji tahu-tahu sudah sedikit menyikut rusuk Tama yang dari tadi terhenyak melihat wajah-wajah disekitar menjadi senang. Ia bertanya kepadanya yang terjadi dengan keadaan bingung
“Tama-kun, ini sebenarnya ada apa? Kok semua orang jadi nyengir-nyengir sendiri kayak orang gila? Bahkan senpai-senpai kita yang dari klub basket ikut-ikutan".
Ryuzaki dan Kageyama mengangguk-angguk didepan Tama. Tama pun menjelaskan situasi yang terjadi. Begitu sudah diceritakan, Ryuji langsung cemberut kepada Tama.
“Hmm.. Tama. kok kita nggak dikasih Kue itu?”
“Maaf yaa.. Kuenya emang nggak banyak kubawa. Kalau mau, besok akan kubawa lagi”
“Benar nih kamu besok bawa kue lagi” Kini Ryuzaki yang bertanya
“Iya… lagipula dirumah masih banyak kue. Sayang kalau nggak abis. Lagipula dirumah hanya ada aku dan Tante Anita.”
“Oke.. deh. Ditunggu ya besok.”
“Iya..”
Bel masuk kelas telah berbunyi. Semua orang masuk ke kelas mereka masing-masing. Sebelum itu, semua orang mengucapkan terima kasih kepada Tama atas kue-kue yang diberikan. Minamoto, Ikki dan Kyo juga berterima kasih padanya. Minamoto juga berpesan agar dibawakan kue dari Indonesia lagi besok sebelum nanti pertandingan basket persahabatan antar anggota klub Ishiyama. Karena Tama masih punya stok kue, ia menyetujui permintaan sang kapten. Ryuji, Ryuzaki dan Kageyama juga segera masuk ke kelas masing-masing. Tama pun juga demikian. Tapi sebelum melangkah, ada suara yang memanggilnya dibelakang.
“Yo..Anak Indonesia!”
Tama menoleh kebelakang. Ternyata Mikleo dan Alisha yang baru datang. Mereka berdua berjalan menghampiri Tama.
“Tama-kun, kamu baru datang ya?”
“Tidak. Aku sudah dari tadi datang disini.”
“Tadi aku melihat lagi banyak orang ngumpul disekitar sini. Ada apa ya?”
“Hehe.. hanya sedang menambah teman saja.”
Tama sesaat melihat wajah Alisha yang ada disamping kiri Mikleo. Alisha yang dilihat oleh Tama dengan pandangan yang tidak biasa namun cukup positif membuatnya setengah kaget dan segera memalingkan wajahnya kekiri karena malu. Tama kembali memandangi Mikleo.
“Ayo! Kita masuk.. pelajaran akan segera dimulai” Mereka bertiga segera masuk ke kelas.
***
Saat pelajaran berlangsung, yaitu pada pelajaran Fisika. Semua siswa terlihat cukup tenang dan serius memperhatikan pelajaran. Terutama Tama yang memang sangat serius ketika sedang belajar. Tidak untuk Mikleo, Mikleo malah terlihat terkantuk-kantuk. Matanya seperti kehabisan baterai. Meletakkan kepalanya miring ditelapak tangan kanannya yang ditumpu dengan siku diatas meja. Alisha yang refleks melirik Mikleo tampak menggerutu dalam hati.
Dasar tidak berguna.. pagi-pagi sudah mengantuk. Tidur jam berapa sih ini bocah.
Kemudian, ia tidak sengaja melihat kebelakang. Melihat seorang perempuan dengan rambut yang panjangnya sampai bahu, memakai kacamata, memakai jepit rambut disisi poninya. Gadis berkacamata pun juga merespon pandangan dari Alisha. Setengah terkejut, gadis itu menundukkan kepalanya sedikit.
Siapa sih gadis itu. kok agak mencurigakan.
Ia melirik lagi kearah Mikleo. Apa jangan-jangan ia sedang melihat Mikleo? Ah.. ngapain tuh orang ngeliat bocah nggak jelas ini?
Miyako-sensei, selaku guru fisika memanggil Tama untuk menjawab contoh soal fisika yang diberikannya. siap dan sedia Tama bangkit dari bangkunya dan maju kedepan. Menerima kapur dari Miyako-sensei dan menuliskan jawaban dari soal yang diberikan guru fisika tersebut beserta langkah-langkahnya. Selesai menjawab, ia disuruh menjelaskan langkah-langkah menjawab soal yang diberikan guru itu. Tama dengan santai tanpa beban menjelaskan semua yang ia tuliskan dihadapan semua siswa dikelas. Ia jelaskan sejelas-jelasnya didepan kelas. Semua siswa dan Miyako-sensei berdecak kagum dengan jawaban dan penjelasan dari Tama. Alisha pun juga terkesima melihat sosok Tama yang memang fokus terhadap pelajaran. Gadis berkacamata yang duduk di baris keempat nomor 3 pun ikut terkesima melihat Tama. Tama hanya tersenyum kecil dihadapan semua orang.
***
Angin berhembus sedikit kencang. Apalagi bila dirasakan diatap sekolah. Lantainya yang terbuat dari beton asli ditambah beberapa kursi batu yang dibuat disana dibeberapa sisi. Kemudian pagar yang tinggi terbuat dari banyaknya sambungan kawat. Minamoto, Satoru dan Kyo berkumpul disana. Kebetulan Tobio tidak ikut berkumpul karena ada urusan di ruang guru. Mereka bertiga sedang membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan tim basket Ishiyama.
“Yaaah… karena Tobio sedang ada urusan di ruang guru. Aku rasa kita saja sudah cukup”
Minamoto berkata dengan senyuman tanpa beban.
“Tidak seru sekali…haammmmm…”Kyo mengunyah cemilannya.
“Ada apa Minamoto? Memangnya ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan? Ini tidak seperti biasanya”
Satoru yang pembawaannya datar sedikit bingung dengan minamoto.
“Yo.. Satoru. Sebenarnya aku ingin bertanya sesuatu mengenai anak kelas 1 yang masuk di tim basket kita”
“Memangnya ada apa dengan mereka?”
“Aku ingin mendengar penjelasanmu tentang Kageyama”
Satoru dengan pembawaan yang tetap dan datar namun pandangannya cukup tajam pada Minamoto yang bertanya soal Kageyama
“Waktu kamu mengatakan “semoga beruntung” padanya itu seperti bukan memberikan semangat atau dukungan. Melainkan itu seperti omong kosong. Entah kenapa aku merasa seperti itu. tidak bermaksud menyinggung. Tapi apa karena dia seorang mantan pemain Voli dan kemampuan dasar tentang basketnya dia belum begitu sempurna, kamu seperti meragukannya?”
Minamoto benar-benar serius tentang hal itu meski tetap mengeluarkan senyuman tanpa beban itu.