Pagi yang cerah menyelimuti negeri sakura. Angin sejuk dan sepoi-sepoi memberikan kenyamanan pada lingkungan sekitar. Bahkan kesejukan itu sampai di lapangan basket yang tak jauh dari SMA Ishiyama. Mikleo sudah 30 menit berada di sana sambil bermain basket. Tentu saja Alisha juga ikut bermain bersama sepupunya itu dengan one on one. Alisha yang tubuhnya tidak setinggi Mikleo memang agak kesulitan bermain melawan Mikleo sampai harus ‘dibantai’ olehnya. 20 dari 25 bola diraih Mikleo dan sisanya diperoleh Alisha.
“Ayo.. Alisha. Tunjukkan kemampuanmu! Masa cuma segitu kemampuanmu?” Kata Mikleo sambil bernafas terengah.
“Hey. Kau ini ingin menyiksaku ya? Fisikku tidak sekuat dirimu... dasar payah!..” Alisha menggerutu dengan Mikleo
“Ya ampun... gadis cantik ini galak juga rupanya. Kalau galak seperti itu nanti jodohmu bakal jauh loh”
“Ah.. kau ini. Jangan terus-terusan mengejekku! Lebih baik aku pulang saja...”
“Hey.. jangan marah terus dong! Gak asik kamu mah.. Ini ‘kan hanya permainan. Kalau permainan yang santai begini aja banyak ngambeknya, nanti gimana pas turnamen? Bisa-bisa rekan setimmu pada kabur kalau kamu galak-galak”
“Huh...” setelah menghela nafas, Alisha berkata “iya.. iya.. aku gak ngambek. Jadi, tolong jangan mengejekku!”
“Oke.. calm down. Aku gak bakal mengejekmu lagi... hehe..”
Ketika mereka sedang mengobrol, datanglah seorang perempuan berambut merah panjang membawa bola basket memasuki lapangan. Ia menyapa Mikleo dan Alisha dengan berbahasa Inggris.
“Excuse me. May i join playing basketball with you? All of you? (permisi, bolehkah saya ikut bermain basket dengan kalian? Kalian berdua?)”
“Jangan khawatir! Kami bisa berbahasa jepang kok... Aku Alisha. Dan ini Mikleo, sepupuku”
“Hai, nona cantik.. aku Mikleo Fritz. Salam kenal. Siapa namamu?”
“Namaku Mizuki Harada.. syukurlah kalau kalian bisa berbahasa jepang. Aku pikir kalian turis yang sedang berlibur disini.”
“Tidak kok, nona Mizuki..” Mikleo dengan senyum menyentil sambil merangkul Mizuki tanpa malu kembali berkata “aku sangat senang kamu mau bergabung bermain dengan kami. Lagipula, kami ini sekarang tinggal dan bersekolah disini.”
“Hey..!” Alisha langsung menarik telinga Mikleo. “jangan genit bisa gak sih..?”
“Aduuh.. sakit Alisha. Senang amat sih ‘jewer’ telingaku.. kalau putus bagaimana?” Mikleo sampai memegang telinga kanannya yang sakit.
“Makanya jangan genit.. kau ini kapan berubahnya sih..?”
Lalu datang lagi gadis berkacamata menuju ke arah Mikleo, Alisha dan Mizuki.
“Mizuki! Aduuh.. kamu cepat banget sih jalannya...”
“Nggak kok.. kamu aja yang lambat jalannya. Kayak siput” kata Mizuki sedikit tersenyum
“Waah.. ada lagi gadis imut yang datang.. ini temanmu, Mizuki?”
“Ini teman sekelas kita, Mikasa” kata Alisha kepada Mikleo
“Heh? Serius? “
“Iya..”
Mikleo menghampiri Mikasa. “Waah.. aku tidak ingat sih kalau kamu sekelas denganku..”
Mikleo kemudian menatap Mikasa sedikit dekat wajahnya. Mikasa yang melihat Mikleo menatap dirinya agak merasa malu, bibirnya keluh dan agak deg-degan.
“Waah.. kamu imut ya.. pakai kacamata lagi.. ini sih cewek idaman aku banget. Coba aku pinjam kacamatamu..”
Mikasa kaget kacamatanya di ambil dan wajahnya tambah memerah ketika Mikleo melihatnya tanpa kacamata.
Ya ampuun... k-k-kacamataku.... tidak! Jangan diambil..! aku malu.. tapi aku gak bisa gerakkin tanganku untuk menutup wajahku...
“Bukan main... kecantikan ini terlalu hakiki..”
Mikasa terdiam dan menatap Mikleo sedikit serius ketika mendengar kalimat yang di ucapkan Mikleo. Ia sampai tak sadar terkesima melihat wajah Mikleo yang tak sadar juga kagum melihat wajah Mikasa tanpa kacamata. Hal ini membuat Alisha mengambil langkah dengan memukul kepala Mikleo dengan sepatunya...
PAAAK!!!.. “ Dasar tidak waras! Kau ini bandelnya tingkat dewa ya?!”
“Aduuuh.. Alisha! Apa lagi sih...? Kenapa sekarang pukul aku pakai sepatu...?”
“Kau tidak lihat? Anak orang sampai kebingungan gara-gara ulahmu... balikin kacamatanya!..”
Alisha sudah kesal dengan tingkah Mikleo yang sering sok akrab dengan perempuan sedangkan Mikasa hanya menutup wajahnya karena malu. Mizuki hanya mengelus kepala Mikasa yang tidak bisa menahan malunya dengan menutup wajahnya. Mikleo yang mulai khilaf mengembalikan kacamata Mikasa dan meminta maaf padanya.
“Ini kacamatamu.. maaf ya aku sudah keterlaluan sama kamu.. lain kali aku akan jaga sikap..”
“Tidak apa-apa, Mikleo-san. Tapi aku harap kamu jangan seperti itu lagi karena aku malu banget”
“Baiklah.. aku gak bakal gitu lagi. Tapi jujur, kamu cantik dan imut banget. Pake atau gak pake kacamata, sama aja. Kecantikanmu hakiki banget..hehe..”
Aduuuh... masih aja di gombalin. Gumam Alisha dalam hati
“Hehe.. terima kasih. Tapi jangan berlebihan begitu. Aku tidak secantik yang kamu kira”
Perempuan ini polos atau bagaimana sih..? kenapa responnya malah jadi positif gitu?? Gumam Alisha dalam hati kembali dengan keadaan bingung.
“Hey.. aku keluar dulu ya... Mau beli minum.”
Alisha pergi begitu saja dengan alasan membeli minum. Mikleo hanya memandanginya dengan keheranan. Kayaknya dia ngambek tuh gara-gara aku ngeyel gak dengerin peringatannya... sudahlah, nanti juga dia bakal lagi.
“Mikleo-san, kamu mau main basket dengan kami?” Tanya Mizuki.
“Oh, ayo! Tapi kalian duluan ya yang main. Aku istirahat dulu.”
***
Tidak jauh dari lapangan basket, Alisha pergi ke sebuah mini market untuk membeli minuman. Dengan raut wajah yang seperempat kesal ia bergumam dalam hatinya.
Huuuh... menyebalkan sekali, Mikleo itu susah banget dikasih taunya. Kalau ayah dan ibu tau soal kelakuan Mikleo nanti mereka pada marah. Lagipula, ini’kan negara orang. Emang gak bisa jaga sikap ya..?
Sedikit panjang gumam Alisha sampai ia melamun sambil memegang botol minuman di tangannya dan tidak diletakkan di keranjang. Lalu, ada seseorang yang menyapanya.
“Alisha...?” Alisha menoleh ke kanan. Dan ia kaget ada Tama yang menyapanya. Tama memakai jaket merah dan celana training serta sepatu skate warna merah.
“Eh... Tama. Kok kamu bisa disini?”
“Iya... aku baru selesai jogging. Jadi aku mampir membeli minuman”
“Oh begitu.. aku sedang membeli minuman. Di lapangan basket ada Mikleo dan Mikasa. Dan juga temannya Mikasa...”
“Mereka sedang bermain basket? Sepertinya aku bisa sekalian menyusul”
“Kalau kamu mau kesana duluan aja”
“Loh, kenapa aku duluan? Kita barengan aja..”
“Gak apa-apa kok.. aku lagi males aja..”
“Hmm.. males kenapa?”
“Iiih, Tama. Nanya mulu daritadi.. duluan aja sana. Aku lagi kesel”
“Eh, kenapa Alisha? Kamu kesel kenapa?”
“Tuh ‘kan nanya lagi....”
Tama semakin bingung sampai menggaruk kepalanya. Karena ia tidak tahu apa yang ingin dia lakukan, ia akhirnya mengambil minuman dingin dan menempelkan ke pipi Alisha.
“Hiii.. dingin banget..” Alisha langsung memegang pipinya. “Tama.. kamu iseng banget sih”
“Hahaha... abis kamu jutek banget. Aku nanya baik-baik, kamu malah jawabnya ketus begitu”
“Hmm... dasar kamu mah...” Kemudian gadis pirang ini menghela nafas lalu berbicara. “Fuuuuh... iya maaf. Sebenarnya aku lagi kesel sama Mikleo”
“Oh, gitu.. kamu bertengkar sama dia?” Tanya Tama kepada Alisha
“Nggak sih, hanya saja aku kesal karena dia susah banget dibilangin.. dia itu ngeyel orangnya. Aku udah bilang untuk jangan terlalu genit dengan semua gadis yang ia temui. Bahkan tadi aja dia sempat merangkul Mizuki dan menatap Mikasa sampai ia gak bisa menahan malu karena diliatin mukanya seserius itu sama Mikleo. Emang dia itu gak bisa jaga sikap banget deh.”
“Mizuki siapa?”
“Temannya Mikasa..”
“Oh, gitu. Terus kamu langsung pergi kesini dengan alasan membeli minuman?”
“Yaaa.. aku juga ingin membeli minum karena haus. Tapi tetap saja aku meninggalkannya di lapangan karena kesal”
“Berarti kamu cemburu dong sama Mikleo?” Tama langsung memberi pertanyaan yang diluar dugaan Alisha
“HAAAH...!! Jangan bercanda kamu! Aku ini sepupunya. Gak mungkin aku cemburu”
“Sesama saudara sepupu masih boleh pacaran loh... karena saudara sepupu bukan saudara kandung.”
“Ya ampun, Tama.. kalau dia bukan sepupuku. Aku juga gak akan suka sama dia apalagi pacaran sama dia. Lebih baik aku pacaran sama kamu..”
“Hah? Apa kamu bilang? ”
Alisha langsung kaget dan menutup mulutnya dengan tangan karena tak sadar mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak membuat Tama bingung. Yaitu “lebih baik aku pacaran sama kamu”. Tentu saja Tama sampai tak percaya dia mengatakan hal itu bahkan sambil tertawa kecil...
“Hehe... seriusan kamu mau jadi pacarku?”
“Aaa.. hmm.. ng-nggak kok.. b-bukan begitu maksudku... itu hanya perumpaan aja.. ya ampun, Tama. Maafin aku. Aku keceplosan” Alisha berkata sambil panik
“Keceplosan?”
“Eh.. salah. Maksudku aku salah ngomong..”
“Salah ngomong? Gimana sih maksudnya? Jadi mana yang benar? Hanya perumpaan? Keceplosan? Apa salah ngomong?”
“Haaaaah.. udah deh. Aku jadi susah fokus nih gara-gara ngomong yang nggak-nggak ke kamu”