Hari Minggu, pukul 9 pagi. Tama sedang berpakaian rapi. Menggunakan baju kemeja hitam lengan pendek, celana jeans hitam dan memakai jam tangan digital merah berlabel “ADADIS”. Ini merupakan hari dimana ia merasakan sedikit kegembiraan karena Alisha mengajaknya kencan. Sebelumnya, pada hari Sabtu siang. Alisha mengirimkan pesan singkat di WA (Whatsapp) bahwa ia ingin berjalan-jalan ke tempat yang menyenangkan di Tokyo. Sehingga ia mengajak Tama untuk berjalan-jalan. Ia juga bilang bahwa Mikleo dan Mikasa juga ikut. Tama pun menyetujui ajakan Alisha.
“Kalau ngajak Mikleo dan Mikasa, namanya double date dong. Gue kirain perginya berdua aja. Tapi, kagak ngapa dah. Lagian Gue juga belum ‘ngarti’ amat jalanan di sini” Kata Tama sambil bercermin dengan logat Bekasinya. Setelah berpakaian rapi dan memakai parfum kasturi, ia segera turun menuju ruang makan. Tante Anita yang sudah duduk di hadapan meja makan yang tersedia teh hangat dan roti panggang cokelat. Tama juga mendapatkan menu tersebut.
“Tama, sarapan dulu!”
Tama langsung duduk dan mengambil seporsi roti panggang cokelat dan segelas teh hangat.
“Tama, jadi kamu pergi sama teman-teman kamu?”
“Iya nih, katanya mereka nunggu di lapangan basket yang dekat supermarket depan.”
“Oh, gitu. Oh, iya. Ini tante tambahin uang jajan kamu selama di perjalanan.”
“Wah, makasih tante.” Tama mengambil ‘segepok’ uang dibungkus amplop dari tante Anita.
“Terus, cewek Jerman yang namanya Alisha itu ikut juga?”
“Iya, teman saya yang lain kayak Mikleo dan Mikasa juga ikut.”
“Oh, double date nih ceritanya?”
“Hehehehe, bisa dikatakan seperti itu.”
“Kapan-kapan ajak cewek bule itu kesini. Kenalin sama tante.”
“Wah, tante. Nggak bisa cepat-cepat begitu dong. Tante ‘ngebet’ banget pengen ketemu Alisha.”
“Ih, tante ‘kan penasaran sama teman kamu yang itu.”
“Hmm..... ya nanti kalau ada waktu, saya ajakin.”
“Janji ya”
“Hehe, iya tante”
Setelah menghabiskan sarapannya, Tama bergegas keluar rumah dan memakai sepatu merah.
“Tante, saya keluar ya. Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam. Chat tante kalau ada apa-apa”
Tama keluar dari rumah dan berjalan menuju lapangan basket umum tempat Tama pernah melakukan one on one dengan Mikleo tempo lalu.
***
Di lapangan basket, Mikleo bersama Alisha dan Mikasa sedang menunggu kedatangan Tama.
“Bagaimana? Apa Tama sudah jalan?” Tanya Mikleo kepada Alisha.
“Iya, dia sebentar lagi sampai kok.”
“Oh, ya. Kalian mau pergi kemana dulu nih? Nanti aku kasih tau jalannya” Kata Mikasa yang siap menjadi pemandu arah bagi Mikleo, Alisha dan Tama.
“Hmm.... enaknya pergi kemana ya?” Tanya Alisha pada dirinya sendiri.
“Kalau pergi ke hati kamu boleh gak?” Mikleo menggombali Mikasa.
“Eh... apaan sih, Mikleo?” Mikasa sedikit malu karena digombli Mikleo.
“Hey, Mikleo. Masih sempat-sempatnya gombalin cewek.” Alisha menambah kalimat kepada Mikleo.
“Apa sih? Ganggu aja kamu. Suka hatiku lah. Jealous ya?” Kata Mikleo.
“Jangan bicara seenaknya, ya!” Alisha mulai menaikkan suara.
“Ada apa ini ribut-ribut? Sesama orang bule kok saling berantem?” Tama akhirnya muncul di tengah-tengah mereka. Mikasa beranjak dari tempat duduk dan segera memegang tangan Tama karena sedikit gembira.
“Tama!!! Tolong aku!”