Blurb
Bagi Bangso Batak, hamoraon (kekayaan), hagabeon (keturunan) dan hasangapon (kehormatan) ialah tujuan hidup yang wajib diperjuangkan. Namun, bagaimana bila krisis generasi sedang melanda seluruh suku Batak? Keturunan menjadi masalah yang sangat serius dan perlu segera mendapat penanganan tepat. Para orang tua mulai mendesak anaknya untuk segera menikah. Namun, menuruti pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah, berbagai konflik sedang menduduki jiwa para anak muda.
Batara Hasian Simbolon--rumpun marga yang mencapai 64, membuat ia kesulitan menemukan pasangan. Setiap kali berkenalan dengan perempuan, ia harus patah hati karena tidak dapat dijadikan pujaan. Kadang ia hampir putus asa memikirkan solusi bagi asmaranya. Perkawinan beda suku memang sah-sah saja, tapi pesan mendiang mamah mengharuskan Batara terus melakukan pencarian tanpa kenal kata menyerah. Ia percaya akan menemukan boru Batak impian sang ibunda.
Duma Diantara Manurung--putri tunggal dari pasangan kaya raya di kota Medan. Uang bukan masalah bagi mereka, tapi bagi Agam Sipahutar selaku pacarnya Duma, harta adalah perkara luar biasa. Pasangan ini sudah berkomitmen, tidak akan menikah sampai mampu mencapai kesuksesan tanpa bergantung pada harta orang tua.
Marsa Maruba Hutabarat--gadis cantik sempurna yang sedang dalam masa emas karirnya. Bukan tidak mampu mendapatkan lelaki tampan dan mapan, tapi mitos dari nenek moyang telah membangun ketakutan besar. Kecantikan sang nenek moyang membuat insiden pernikahan dengan siluman ular dan Marsa takut hal itu terjadi pada dirinya. Jadi, urusan laki-laki, ia tidak mau terlalu peduli.
Mereka hanya sebagian kecil perwakilan penyebab masalah krisis generasi pada suku Batak. Keadaan saat ini sudah menjadi tanggung jawab putra-putri Batak yang masih muda karena para orang tua sudah habis masa. Lalu bagaimana mereka bisa mengatasi problem darurat dalam menjaga generasi pembawa marga? Apakah keturunan Batak akan punah dan menyisakan sejarah bagi dunia?