-Hari itu rumah cukup ramai dan mengusir kesepian-
[Kediaman Marsa Maruba Hutabarat]
“Kolot kali orang Mamak Bapakmu! Udah tahun berapa ini, soal kayak gitu masih percaya?” komentar Batara sambil memainkan game online.
“Jangan salah, ada loh beberapa mimpi yang benaran jadi nyata,” timpal Maruba.
“Ya nggak harus percaya sama orang asing juga Iban!” Dia memandang serius kedua sahabatnya. “Jangan-jangan Bapakku juga nyuruh nikah terus karena dipengaruhi orang yang sama!?”
DEFEAT…!
“Eh apa pulak ini, kapan warnya? Bangsatlah!” Batara melempar ponsel ke atas sofa, untung saja tidak mantul ke lantai.
“Muncung kau Ta!” tegur Antara.
“Sorry, sorry.” Raut wajah sekarang lebih serius, kekalahan bukan lagi poin utama dalam pikiran. Ponsel yang tadi kena sasaran diambil kembali dan sebuah foto ditunjukkan pada kedua wanita di hadapannya. “An, ini bukan orangnya?” Di gambar terdapat pria yang sangat familiar bagi Antara, kakek aneh dan ayahnya Batara.
“Iya betul dia orangnya. Kok bisa sih? Ah udah nggak betul ini! Kalian tengok aja pakaian dia aneh kali! Mana ada tetua kampung senorak itu. Teruskan we1, aku pernah ikut pengabdian masyarakat ke Sianjur Mula-mula dan kami dapat beberapa pembelajaran soal adat Batak, salah satunya tentang jenis-jenis ulos. Kalau nggak salah ingat aku, ini_”
“Ulos Antak-antak!” seru Antara dan Batara serentak, mereka saling pandang karena dugaan yang sama.
“Aku juga pernah diajarkan Opungku jenis-jenis ulos. Mencurigakan kali sih ini,” sambung Batara lagi. Suasana seketika hening, masing-masing orang larut dalam praduga masing-masing. Sedangkan Maruba yang tidak banyak paham tentang peradatan suku Batak hanya berdiam diri sambil berusaha mengerti, tapi wajah kebingungan tampak sangat jelas.
“Kakak kenapa?” tanya Antara yang menyadari wajah Maruba berubah menjadi linglung.
“Biasalah, pasti karena nggak ngerti! Padahal kalau soal mitos siluman ular cepat kali otaknya nangkap.” Ejekan ini memang benar adanya.
“Jadi gini Kak, kalau di suku Batak banyak jenis ulos dengan fungsinya masing-masing. Salah satunya ulos Antak-antak sebagai simbol duka cita yang dipakai kalau mau melayat.” Daripada terus berdebat, lebih baik membagikan ilmu yang di tahu.
“Siapa yang mati emangnya? Kok melayat?” tanya Maruba dengan wajah polosnya ketika tidak tahu apa-apa.
“Ah kau privatkan dulu dia bentar! Biar lanjut dulu ini satu ronde lagi,” saran Batara yang terlihat kesal karena ketidak sejalanan pembicaraan bila ada pihak yang tidak paham.
Posisi ternyaman telah diambil kembali, ponsel diputar jadi lanscape. Jempol pun mulai terlihat asyik bermain di lapangan permainan. Setelah menarik napas panjang, Antara mulai menunjukkan gambar ulos dari internet serta menjelaskan kepada Maruba dengan hati-hati.
Kain ulos adalah kain tenun suku Batak Toba yang sering digunakan sehari-hari, maupun saat acara peradatan. Menurut fungsinya, ulos Batak Toba menjadi 19. Ulos Padang Ursa yang digunakan sebagai selendang dan kain gendongan ataupun pengikat, Ulos Mangiring yang digunakan untuk menyambut anak pertama, Ulos Antak-Antak yang digunakan untuk melayat sekaligus tanda duka cita, Ulos Bintang Maratur digunakan untuk acara suka cita, Ulos Ragi Huting untuk perempuan muda, Ulos Ragi Hotang, Ulos Simpar dan masih banyak lagi.
Meski sekilas terlihat sama, tapi sebenarnya motif, warna dan ukurannya memiliki perbedaan. Walau sesekali Antara harus membuka beberapa tap di google untuk meyakinkan ingatan tak keliru, semua penjelasan diberikan cukup detail. Setelah itu, Antara memperhatikan Maruba yang hanya diam saja tanpa respons atau tanya.
“Kalau dia betulan tetua kampung, mana mungkin pakai ulos salah tempat.”Maruba masih terdiam dengan pandangan kosong. “Udah ngerti belum!?” Hentakan pelan diberikan pada lengan.
“Kalau ternyata dia itu arwah gentayangan gimana?”
“Nggak gitu juga konsepnya!” seru Batara dengan raut wajah malas karena kepolosan dan kurangnya pengetahuan soal beginian, untung saja kali ini sepertinya permainan selesai tepat waktu. Meskipun seorang dokter, Maruba adalah orang yang dikenal cukup mudah percaya soal mitos dan cerita sejenisnya. “Loakon!2”
“Hush!” Antara melempar bantal sofa kepada lelaki yang ada di depannya. “Sopan sikit, orang tua ini!” peringat Antara soal umur mereka yang terbilang cukup jauh.
“Ya kan siapa tahu aja, who knows?” bela tuan rumah agar dirinya tidak terlihat bodoh di hadapan yang lain.