- Keluarga mereka cukup dibentuk dari rasa cinta, bukan harta melimpah-
[Dalam perjalanan menuju kota Tebing Tinggi]
Maruba memasang lagu Batak bernuansa semangat selama mengemudi. Sesekali kepalanya mengeleng mengikuti irama musik yang sedang dimainkan. Album ini sudah diputar puluhan kali, hingga bibir bisa ikut bernyanyi mengikuti vokal penyanyi. Adik ipar juga ikut menikmati alunan dengan anggukan.
Lalu lintas tidak terlalu padat, sepertinya semesta sedang berpihak dan mendukung hati yang bergejolak. Sebuah jam digital yang sengaja ditempelkan dekat dengan pengemudi mendapat lirikan. Jarum sudah menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit. Maruba memperhatikan penunjuk jalan, mereka sudah di daerah Sei Rampah. Kecepatan yang sedari tadi sangat tinggi, kini mulai stabil dan diturunkan perlahan.
“Eda, coba lihatkan Hpku! Udah ada notif dari si orang itu?”
Sambil menjaga kepala putrinya yang masih tertidur pulas di pangkuan, adik ipar mengambil ponsel yang diletakkan di kursi sebelah Maruba. Kursi belakang adalah pilihan paling tepat agar Chemie bisa tidur dengan posisi telentang.
“Belum ada Eda,” info ibu Chemie.
“Yang lupanya orang itu ngabarin!?”
“Mau kucoba telponkan Eda?”
Wajah yang dimajukan ke depan mendekati telinga pengemudi membuat kepala Chemie kecil tertekan dan terbangun dari tidur nyenyaknya. Menyadari hal tersebut, ibu langsung mengusap kepala putri tercinta yang ternyata tidak ingin lagi masuk ke alam mimpi. Gadis kecil pun didudukkan di pangkuan.
“Nggak usahlah! Siapa tahu orang itu udah di jalan, takutnya malah jadi bahaya kalau sambil berkendara.” Maruba memutar setir dengan sangat lincah.
“Bou, Bou itu apa!?” sorak Chemie yang melihat kawanan burung sedang terbang dan membentuk ujung anak panah.
“Bounya lagi nyetir sayang, harus fokus memperhatikan jalan di depan,” nasihat ibu dengan sabar.
“Itu kawanan burung yang mau cari makan atau cari tempat tinggal baru,” sambut Maruba yang ternyata diam-diam berusaha mengetahui yang sedang dilihat keponakan tercinta.
“Udah Eda fokus nyetir aja! Bahaya nanti,” saran ibu Chemie.
“Nggak apa-apa, namanya juga anak-anak.” Suasana hening sejenak.
Ibu Chemie kembali memfokuskan diri menjaga anaknya yang tiba-tiba bersemangat dengan keadaan sekitar yang belum pernah dikunjungi. Selama tertidur dari tempat pemberangkatan, energi sudah terkumpul dan siap disalurkan.
Sedari kecil, kota Medan adalah satu-satunya tempat Chemie menjelajah, itupun kebanyakan di rumah dan taman bermain. Chemie kecil memaksakan turun dari pangkuan ibu yang sudah tidak lagi memberi rasa nyaman.
“Chemie mau ke sini Mah,” gadis kecil terus berusaha lari dari dekapan ibu yang khawatir putrinya terjatuh karena terlalu terburu-buru.
“Iya, tapi pelan-pelan sayang,” pintah ibu dengan lembut seraya membantu Chemie memindahkan tubuh mungilnya.
Chemie akhirnya berhasil duduk di kursi sebelah kiri, dudukan miliknya sendiri. Ia gadis yang pintar dan penuh dengan rasa penasaran. Setelah bosan memandang hamparan sawah di pinggiran jalan, Chemie menurunkan kaki ke lantai mobil. Ia berdiri sambil membuat pegangan erat pada benda di depan, lalu memunculkan kepala ke dekat pengemudi. Tangan kiri mengelus kepala keponakan yang sedang mengeksplore dunianya. Sedang ibu Chemie memegangi tubuh putrinya dari belakang.
Chemie melirik ke seluruhan isi mobil yang terbatas, jalanan di depan tidak menarik untuk terus disaksikan. Tangannya tidak berhenti mencari tahu apapun yang bisa menambah ilmu. Tidak lupa kantung tempat duduk mobil digerogoh. Sepertinya Chemie menemukan sebuah rumbai-rumbai dari kumpulan benang berwarna merah cerah. Dengan kekuatan yang terbatas ia berusaha menarik, tapi tidak bisa. Wajah memohon ditunjukkan pada sang ibu.
Melihat ketidakberdayaan anaknya, ibu dengan senang hati memberi bantuan. Anggukan diberikan, keduanya mengulurkan tangan seolah mereka sedang bekerja sama untuk memecahkan masalah. Tak butuh waktu terlalu lama, sebuah kain tenunan keluar dari kantung tempat duduk mobil. Ibu Chemie mengangkut anaknya ke dudukan dan memasangkan seat belt. Perhatian diberikan penuh pada kain yang baru mereka temukan.