-Ketidakberdayaan seseorang untuk memiliki kesuksesan yang sama dengan kita, akan menimbulkan sikap obsesif untuk menjatuhkan langkah-
[PT Kimia Jaya Tbk]
Dalam sebuah ruangan terdapat meja berbentuk persegi panjang bergaya profesional ala korporat dengan warna hitam elegan. Didesain dengan ukuran besar dan tegas yang dilengkapi dua belas kursi putar berwarna senada.
Ruangan dipenuhi oleh delapan orang pria dan dua wanita yang terlihat fokus memandang ke arah utara. Di sana seseorang sedang serius dan penuh semangat memberikan penjelasan dari layar yang ditembakkan proyektor. Selesai bertugas di depan, seruan tepuk tangan terdengar riuh dari pendengar dalam ruangan. Ia pun segera mengambil posisi duduk di kursinya semula.
“Baiklah, saya akan menunggu hasil perkembangan ide kalian selanjutnya. Saya harap semua anggota tim dapat bekerja sama dengan baik untuk memenangkan kembali nilai TKDN terbaik tahun ini. Sekian rapat hari ini, terima kasih!” ucap seorang laki-laki buncit yang berada pada ujung meja.
Setelah selesai berbicara, pemilik pemimpin berdiri dan bergegas meninggalkan ruang rapat dengan orang-orang yang masih diam di dalam. Pak Duma berjalan didampingi sekretaris cantik yang terlihat sangat profesional. Lipstiknya merah merona, blush on merah bata dan rambut diurai indah. Tidak ingin membuang waktu, langkah kaki diikuti perbincangan kegiatan selanjutnya.
“Untuk jadwal hari ini sudah selesai Pak.“
Pak Duma coba mengingat-ingat sesuatu yang barangkali mungkin ia lupakan untuk dibahas. Meski tahu bahwa semua jadwal dan bahasan harusnya diurus oleh sekretaris, bos tidak bisa hanya tinggal diam menanti hasil begitu saja. Manusia juga ada batas, barangkali karyawan melupakan hal penting yang bisa menghambat jalannya pekerjaan.
“Berkas yang saya minta sudah diletakkan di meja?”
“Sudah Pak! Setelah melewati HRD, saya sudah melakukan seleksi tahap selanjutnya sesuai request dari Bapak. Sekarang tersisa dua kandidat yang perlu Bapak pilih salah satunya.” Sang bos mengangguk tanda mengerti akan hal yang disampaikan. “Untuk manager sebelumnya akan dipindah tugaskan ke kota yang baru setelah memberikan pelatihan singkat kepada penggantinya nanti.”
Perempuan tersebut memang bukan pegawai baru, tapi ia begitu teliti dengan segala tugas yang diberikan. Mulai dari yang sederhana hingga kompleks, dikerjakan dengan sangat baik. Catatan di gadget sedari tadi mendapat perhatian sambil memberikan penjelasan dan memastikan semua hal sudah tersampaikan. Rupanya atasan dan bawahan ini memiliki kecenderungan yang sama, tidak ingin hal kecil sekalipun terlewatkan.
“Bagus. Untuk besok, tolong carikan satpam yang bisa ditugaskan ke rumah!”
“Ke rumah siapa Pak!?” tanya sekretaris heran.
“Rumahkulah, masa rumah kau!” Teringat ada ucapan yang salah, bos perusahaan berdehem. “Ehem! Maksudnya rumah saya. Pokoknya tolong pilihkan yang paling jago dan kuat tenaganya.”
“Siap Pak!”
Pak Duma hendak membuka pintu ruangan, tapi teringat akan hal yang perlu mendapat penanganan segera. Badan berbalik menghadap wanita karir yang masih setia memastikan semua kebutuhan atasan terpenuhi.
“Satu lagi!” Tangan telunjuk mengarah ke atas menandakan angka satu. “Mulai besok tugaskan si Patro untuk mengawasi kegiatan si Duma. Ikuti ke mana pun dia pergi! Semua laporan kegiatannya harus sampai sama saya. Kerjakan semua serapi mungkin! Saya tidak ingin si Duma tahu dia sedang diawasi. Mengerti!?”