Batak Pride

Senna Simbolon
Chapter #20

Kuala Namu-KNO

- Maruba malah tidak menyadari bawa topik yang ia bawakan bisa melukai seseorang-


[Bandara Kuala Namu-KNO]

Terminal penerbangan sudah menampung lautan manusia yang akan menggunakan jasa penerbangan. Mulai dari penumpang, kumpulan pramugari cantik, hingga pilot yang berlalu lalang. Wajar saja, hari ini adalah tanggal 29 Desember,  artinya banyak pekerja atau perantau yang akan melakukan perjalanan untuk pulang ke kampung halaman. Hiruk pikuk dan suara manusia yang begitu banyak memenuhi ruangan yang begitu luas. Ada yang baru tiba, ada juga yang baru saja akan pergi. Berbagai bahasa, gaya dan  kepentingan campur aduk dalam satu tempat.

Boading pass elektronik ditunjukan kepada staf cantik yang sedang bertugas. Ini akan menjadi perjalan jauh mereka untuk pertama kali. Namun, ekspresi tidak sabaran menjurus khawatir begitu terlihat di wajah kedua perempuan cantik.

“Kau bawak besi ya? Berat kali, kayak beban hidup,” bisik Maruba pada gadis pony tail di sebelahnya. “Kalau kelebihan muatan kayak mana?” bisiknya lagi.

“Mana mungkin, kan free bagasinya 20 kilo Kak,” jawab Antara dengan sangat percaya diri.

Antara dan Maruba bekerja sama menaikkan koper terakhir ke atas penimbang barang. Dari warna merah mudanya yang begitu mencolok, kita bisa tahu itu milik siapa.

“Maaf Bu, barang bawaannya melewati jumlah berat yang sudah ditentukan. Anda perlu membayar kelebihan berat tersebut.”

“Tuhkan apa kubilang, kepala batu pulak kau!” Menyikut sahabat.

Antara memasang muka merengut, “Berapa Kak?”

“Satu kilonya sembilan puluh ribu, dan untuk kelebihan muatannya bisa dilihat di sini Bu!”

Petugas menjulurkan telapak tangan untuk menunjukkan hasil timbangan. Kedua pasang mata menatap penunjuk berat yang berada di angka 31,6 Kilogram. Lalu keduanya mulai tatap-tatapan.

“Kau bawa apa aja sih!?” Mata Maruba melotot dan hampir keluar dari tempatnya. Giginya juga terus merapat tanda ia sangat gemas.

“Ini boleh dibongkar dulu nggak isinya Kak? Hehe,” cengir Antara tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya yang masih terheran.

“Udah bayar ajalah, capek kali bongkar-bongkar itu!” Mengeluarkan dompet dari dalam tas kecil. “Sini bagi dua duitnya!” Mengulurkan telapak tangan, tapi disingkirkan oleh gadis pembuat masalah.

“Kami kurangin dulu ya Kak,” ucapnya pada petugas.

Tangan mulai menarik kembali koper, tatapan mengancam meminta Maruba turut andil menurunkan barang bawaannya. Setelah di lantai, mereka menggerek menggunakan dua roda kecil bawaan. Setelah mendapati jejeran kursi kosong yang terbuat dari besi, Antara menyusun kode.

“Kau bawak makanan ya!?” judge Maruba.

Gadis yang sedang berjongkok tidak memberikan jawaban, ia masih sibuk dengan angka-angka. Begitu terbuka, Maruba syok berat melihat isi koper yang tidak ia sangka-sangka sama sekali.

Antara sibuk mengurangi bawaan, tapi Maruba masih dalam posisi terdiam dengan mulut ternganga. Barang-barang yang dikeluarkan antara lain; Lima botol air mineral, sebuah setrika pakaian, dua pasang sepatu both dan berbagai makanan yang memiliki berat lumayan. Setelah selesai, kancing dan kode dipasang kembali. Sedang sepatu dipaksa terlipat dan dimasukkan ke dalam tas sandang. Barang-barang yang tidak jadi dibawa, dibuang ke tempat sampah.

“Yok kita timbang lagi Kak!” Mendirikan koper.

“Muncung kau itu timbang! Ada gilak-gilak kau kurasa, sampai air minum pun kau bawa berbotol-botol!”

“Kami kalau ke kampung opung1 juga biasanya bawa air minum kok Kak. Pakai galon yang besar itu lagi,” bangganya pada Maruba.

“Jangan katrok kalilah, aku tahu kau belum pernah naik pesawat. Tapi di Jakarta nggak mungkin nggak ada air minum,” keluhnya dengan helaan napas.

“Di kampung opungku juga banyak air minum Kak, tapi rasanya beda. Aneh!”

“Ya paling tidak kita bisa belikan!? Banyak yang jualan di sana.”

“Mana tahu yang dijual juga aneh,” sungut Antara. “Kan bagus buat jaga-jaga!”

“Udah ikhlas itu makanannya dibuang?”

Maruba tidak ingin memperpanjang masalah, ini hanya akan memakan waktu dan ia akan tetap kalah. Sama seperti Batara.

“Kan nanti bisa kita beli lagi pakai uang Kakak.” Antara menarik kopernya menuju tempat check in lagi.

“Tapi itu kayaknya masih lebih dua puluh kilo deh,” duga Maruba yang mengikuti langkah perempuan pirang.

Kerja sama pengangkutan pun dimulai. Proses penimbangan berlangsung, tapi Antara pura-pura menyender pada meja petugas. Sebelah kaki digunakan untuk mengangkat ujung koper. Alhasil beratnya menjadi 19,8 kilogram. Kini barang yang ditimbang sudah tidak melebihi kapasitas. Maruba yang melihat hanya melotot memandangi tersangka.

Lihat selengkapnya