Tubuhku gemetar kakiku lemas. Aku tak tahu apa yang ku saksikan ini nyata atau bukan. Aku tutup mulutku yang terbuka karena tak percaya dengan apa yang ku saksikan. Sebuah pesan yang kuterima tidak tahu dari siapa yang mengirimnya.
Pesan itu berisi, "Jangan sekalipun membuat ikatan dengan Leandricho, atau kau akan menyesal seumur hidupmu. Camkan kata-kataku atau nyawa menjadi taruhannya. Aku tak akan segan-segan untuk membunuh." Pandanganku tak teralihkan sedikitpun dari pesan itu. Mataku mulai berkaca-kaca perasaan takut dengan tubuh gemetar dan kaki yang begitu lemas. Aku tersimpuh di lantai, air mataku mulai mengalir membasahi pipi.
Dengan wajah yang sedih dan penuh rasa khawatir, "Begitu banyak hal yang harus kulalui dengan Leandricho. Kenapa saat aku mau menikah dengannya datang lagi satu masalah yang baru dan membuatku begitu muak. "Emosiku meluap saat menatap layar ponselku.
"Keluarga Albregatte dan Monarustichell sedari dulu berhubungan dengan baik. Aku tak bisa membiarkan hal ini menjadi penghancur untuk kedua keluarga." Ucapku menggenggam erat ponselku dengan penuh keyakinan.
"Aku harus mencari tahu siapa yang berani melakukan ini. Dari semua orang yang yang dekat dengan keluargaku dan juga Monarustichell aku merasa ini ada hubungannya dengan Mitha. Walaupun ini hanya sekedar tebakan tapi aku harus berhati-hati." Ucapku bangkit.
Seseorang datang dari balik pintu dan melangkah mendekatiku "Nona?" Ucapnya terkejut saat melihatku menangis.
"Apakah nona baik-baik saja?." Lanjutnya mendekatiku dan memegang lenganku. Menuntunku untuk duduk di sebuah kursi yang berada di kamarku. Kursi itu berjarak satu meter dengan tempat saat aku bersimpuh tadi.
Melihat wajah Bi Anne yang khawatir, "Tenanglah Bi Anne, aku baik-baik saja. Tolong jangan ceritakan ini kepada Ayah." Aku mencoba menenangkan Bi Anne yang terlihat khawatir padaku.
Bi Anne adalah pelayanku, pelayan yang khusus untuk melayani ku. Ayah dulu memberitahuku kalau Bi Anne adalah orang yang merawat kusedari aku bayi. Mungkin karena itu juga, aku sangat percaya pada Bi Anne dan dia sudah seperti ibuku sendiri.
Bi Anne menghela napas panjang, "Baiklah Nona, kalau memang tidak ada apa-apa tapi saya harap ketika Nona ada masalah Nona bisa menceritakannya kepada saya. Jangan dipendam sendiri ya Nona." Ucap Bi Anne memelukku. Perasaan yang begitu hangat dan rasa tulus sekali. Saat berada di perlukan Bi Anne aku merasa sangat nyaman. Usia Bi Anne sudah tua sekitar 55 tahun, dengan wajah yang penuh keriput itu dia merawatku.
Aku tersenyum "Iya Bi. Aku pasti akan menceritakannya kepada Bibi. kenapa Bibi kemari?" Ucapku melepaskan pelukan Bi Anne.
Seketika Bi Anne teringat, "Oh... Iya saya lupa." Bi Anne menepuk dahinya. "Nona Merry ada di bawah menunggu Nona." Lanjutnya.
Seketika aku terkejut ketika Bi Anne mengatakan bahwa Merry sedang berkunjung, "Merry?" Ucapku bangkit. Setelah sekian lama tidak bertemu dengannya dan kini tiba-tiba dia berkunjung kemari.
Dengan tergesa-gesa, "Aku akan segera turun. Terima kasih Bibi." Aku menuju ke ruang utama untuk menemui Merry.
Kamarku berada di lantai kedua dan ruang utama berada di lantai pertama. Di lantai pertama terdapat beberapa ruangan seperti ruang kerja ayah, tiga ruangan untuk kamar tamu, kamar utama atau bisa disebut kamar ayah, ruang perpustakaan, ruang utama yaitu aula di mansion utama ini dan ruang makan. Sedangkan lantai kedua juga terdapat beberapa ruang yang terpisah seperti ruang kamar ku sendiri, ruang musik, ruang seni dan juga gudang. Selain itu terdapat dua ruangan kosong yang akan di isi apa oleh ayah nantinya.