Merry merasa khawatir, "Lebih baik kita pergi dari sini." Ucap Merry berbalik dan melangkah keluar dari toko itu.
Aku tidak merespon, "Tidak Mer. Kalau aku keluar, aku akan terlihat lemah di mata Mitha." Ucapku melihat Mitha dan Leandricho sedang memilah-milah pakaian dan tidak melihat akan kehadiranku di tempat itu.
Seketika Merry menghentikan langkahnya dan melihat raut wajahku yang penuh rasa marah. "Sebenarnya aku tidak ingin membuat keributan tapi kalau itu maumu aku akan merobek mulut wanita itu." Ucap Merry yang mulai marah.
Aku menggelengkan kepala, "Kamu tidak perlu melakukan apapun biarkan aku yang bertindak dan kamu cukup berdiri dibelakangku." Ucapku berjalan mendekati mereka dan berpura-pura kalau tidak mengetahui bahwa mereka di sana.
Toko baju itu terlihat besar dan banyak sekali gaun-gaun yang berada di gantungan, mereka tertata rapi membuat beberapa gantungan berbaris. Aku memegang sebuah gaun berwarna putih yang mengembang dan terdapat tali di pinggang gaun tersebut.
Saat aku menyentuh gaun itu, "Eh... Maaf." Ucapku yang terkejut ketika seseorang juga memegang gaun tersebut dan aku melirik kearah seseorang itu.
"Mitha!" Ucap ku berteriak.
Saat aku melirik kebelakang wanita itu, "Leandricho?" Lanjut ku berpura-pura terkejut saat melihat mereka bersama.
Mitha pun terkejut, "Gea! Kamu kenapa di sini?" Ucap Mitha khawatir karena aku memergoki dia bersama Leandricho.
Leandricho pun juga sama terkejutnya dengan Mitha, "kenapa kamu di sini? Kamu ngikutin aku?" Ucap Leandricho mulai panik.
Aku mau masang muka sinis, "Aku sedang di toko baju, seharusnya kamu tahu tujuanku kalau datang ke toko baju. Dan untuk pertanyaan mu Leandricho, sama sekali aku tidak berniat mengikutimu. Bodo amat dengan apa yang kamu lakukan!" Ucapku dengan nada tegas.
"Oh... Jadi kamu belanja di toko ini juga?" Ucap Mitha yang sok polos.
Terlihat Merry mulai tak sabar, "Cukup! Berani juga ya kamu wanita rubah." Ucap Merry melangkah ke depan namun aku memegangi tangannya agar dia segera berhenti dan meredamkan amarah nya.
Saat Merry menghentikan langkahnya, "Sudahlah Merry, tidak apa-apa." Ucapku menenangkan.
Leandricho mulai terpancing amarahnya, "Hei Merry! Apa maksudmu? Apa maksudmu Dengan mengatakan kalau Mitha wanita rubah?" Ucap Leandricho dengan raut wajah yang marah.
Sebelum Merry menjawab, "Merry tidak bersalah. Yang dia katakan adalah fakta! Sahabat macam apa yang tega menjadi simpanan calon suami sahabatnya? Apa dia masih bisa disebut wanita baik baik?" Ucapku menyindir.
Mitha memasang ekspresi polos, "Sudahlah Leandricho. Mungkin memang benar aku yang salah." Ucap minta merundukkan kepala.
Leandricho menatap Mitha lalu melirikku, "Bukan! Bukan kamu yang salah. Bukannya dia orang yang meninggalkan ku saat aku kecelakaan dua tahun yang lalu. Dia menghilang selama satu bulan dan selama itu pun dia tidak menemuiku." Teriak Leandricho marah.
Keadaan mulai tak terkendalikan, pengunjung toko yang lain mulai melihat kearah kami yang berdebat.
Lagi-lagi aku menatap mereka dengan merendahkan, "Apa kalian tidak lelah menceritakan kejadian dua tahun itu terus menerus. Aku saja yang mendengarnya sudah lelah. Kamu meyakini itu sebagai fakta tapi kamu tidak pernah sedikitpun mendengarkan penjelasan ku." Ucapku menahan sesak.
Setelah kecelakaan itu terjadi Mitha selalu mengatakan pada diriku kalau dia lah yang mendonorkan darah untuk Leandricho, dan meyakinkan kepada Leandricho kalau aku meninggalkan dia disaat dia kecelakaan.