Saya harus menahan lanjutan cerita terlebih dahulu. Saya ingin kembali ke latar belakang dua tokoh yang saya namai Nauli dan Nadia. Saya rasa Anda setuju. Pasalnya, bisa saja muncul sekian pertanyaan dalam benak Anda soal dua tokoh ini. Misalnya, kenapa mereka tidak takut tertular HIV? Atau, kenapa gampang sekali mereka mau berteman dengan Hisar, Anggiat, dan Saurma?
Baiklah, saya mulai dengan Nauli. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya tokoh ini cantik. Saya memang sengaja untuk tidak menggambarkan secara detail kecantikan yang dia punya. Silakan Anda membayangkan sendiri seperti apa cantiknya dia; sesuaikan saja menurut versi Anda. Saya tidak mau membatasi.
Lalu Nadia, saya juga tidak mau membatasi fantasi Anda dengan menggambarkan secara detail fisiknya. Saya hanya mengatakan dia sedikit tomboy. Itu saja. Jadi sila Anda membayangkan sendiri seperti apa Nadia ini.
Selain bersahabat sejak kecil, sejatinya mereka berdua itu sepupu kandung. Ayah Nauli menikah dengan adik perempuannya ayah Nadia. Dengan kata lain, ayah Nauli menikahi 'bowu' Nadia. Itulah sebab Nauli memanggil ayah Nadia dengan sebutan 'tulang' dan Nadia memanggil ayah Nauli dengan sebutan 'amangboru'. Jika dihubungkan dengan 'dalihan na tolu', maka pihak Nadia adalah 'hula-hula' bagi pihak Nauli. Sementara pihak Nauli adalah 'boru' bagi pihak Nadia. Artinya, meski sepupu kandung mereka bukan 'dongan tubu' alias semarga. Pada praktiknya, sesuai 'dalihan na tolu', Nauli harus menghormati Nadia dan Nadia harus mengayomi Nauli.
Abang Nadia dan kakak Nauli sama-sama menjadi sukarelawan di House of Love RS HKBP Nainggolan. Namun, keduanya bukan 'pariban' alias boleh menikah atau jodoh menurut adat. Disebut 'pariban' jika kelamin mereka dibalik: abang Nadia jadi perempuan dan kakak Nauli jadi laki-laki. Dengan kata lain, dari pihak Nadia harus perempuan dan dari pihak Nauli harus laki-laki. Kasarnya, jika dihubungkan dengan Nadia, dia itu ber-'pariban' dengan abangnya Nauli. Masalahnya, Nauli tidak punya abang.
Dari merekalah -- abang dan kakak tadi -- Nauli dan Nadia tahu tentang HIV/AIDS. Keduanya diberi tahu kalau HIV ditularkan lewat cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan anus, cairan vagina, dan air susu ibu. Pun, HIV menular lewat hubungan seksual, bagian tubuh yang luka, atau disuntikkan langsung ke aliran darah.
Lalu, HIV juga tidak menular lewat ludah. Maka, kontak sosial seperti penggunaan alat makan secara bergantian, bersentuhan, atau berpelukan dengan orang yang HIV positif tidak akan membuat mereka tertular. Bahkan mereka pun diberi paham HIV tidak menular melalui hirupan udara, keringat, sentuhan, air mata, urin, bahkan kotoran. Satu lagi, tidak ada bukti medis bahwa gigitan nyamuk adalah salah satu media penyebaran HIV.