Aku sangat kecewa sekali saat itu, aku hanya ingin bersekolah di SMA impianku, sampai pada akhirnya kakaku menjelaskan jika aku bersekolah disana ada bebebrapa hal yang harus dipertimbangkan yang pertama adalah aku harus mempunyai cukup uang untuk membayar uang gedung, yang kedua adalah aku harus mempunyai kendaraan untuk sampai disana karena jarak rumah dan sekolah yang aku inginkan jauh, sedangkan motor kami hanya satu dan itupun digunakan untuk papa dan kakakku bekerja.
“ Tapi kan uang gedung bisa dicicil, kalau masalah transport aku bisa kok naik angkot, atau sesekali aku bisa nebeng temanku.” Sanggahku dengan tegas
“Jadi kamu belum saja menelaah apa yang mba dan mama katakan!.” Jawab kakakku singkat.
Aku mencoba sedikit menurunkan egoku dan kembali mendengarkan penjelasan kakakku. Berdasarkan penglamannya dulu dia juga naik angkot tetapi apa yang terjadi dia sering tertinggal angkot karena angkot yang lewat di desa kami mayoritas hanya mengantarkan pedagang kepasar, saat itu jika kakakku tertinggal angkot dan harapan satu-satunya ya nebeng temen karena saat itu keluarga kami malah sama sekali tidak memiliki motor, jika masih beruntung kakakku akan mendapat tebengan dari temannnya, tapi jika tidak dia pasti akan kembali kerumah dan hanya bisa menangis, belum lagi jika waktunya membayar spp, karena spp disitu lumayan mahal kadang mamaku harus meminjam uang ke saudara, itulah alasan mengapa kakak dan orang tuaku melarang aku bersekolah disana, mereka hanya tidak ingin aku bernasib sama seperti kakakku pada waktu sekolah dulu. Akhirnya aku pun sadar jika aku harus sedikit mengalahkan egoku, aku sadar bukan berasal dari keluarga kaya yang serba berecukupan, aku tidak mungkin menambah beban keluarga dengan terus merengek minta sekolah di sekolah yang tidak mungkin dijangkau oleh keluargaku.
Masalah sekolah pun selesai, akhirnya aku memilih bersekolah di SMA yang dekat dengan rumahku, saat itu aku diiming-imingi katanya kalau daftar melalui jalur prestasi maka biaya sekolah akan digratiskan selama satu tahun ajaran dan itupun berlaku untuk tahun-tahun selanjutnya, dan aku ingat bahwa saat SMP aku memiliki beberapa sertifikat penghargaan lomba dan aku pun menggunakannya untuk mendaftar disekolah itu, akhirnya aku masuk dengan gratis, otomatis sangat membantu meringankan biaya keluargaku kan. Pada saat itu sekolah mengadakan masa pengenalan lingkungan sekolah yang berlangsung selama tiga hari, disitu ku gunakan kesempatan untuk bisa belajar lebih interaktif, aku belajar public speaking, aku belajar lebih percaya diri, aku belajar mengolah emosiku dari sifat yang kekanak-kanakan menjadi sedikit dewasa, hingga akhirnya pada saat akhir acara panitia pengenalan lingkungan sekolah yang tak lain adalah kakak-kakak kelasku memberikan bebebrapa penghargaan untuk siswa-siswi peserta dididik baru yang telah berperan aktif dalam acara itu, akhirnya namaku pun disebut sebagai salah satu siswi yang aktif dan aku pun diberikan seragam batik sekolah,topi,dan dasi sekolah secara gratis, lumayan banget dong hehe.., paling tidak nanti ketika rabu pertama aku sudah memakai seragam batik terlebih dahulu ketimbang teman-temanku.
Disini aku mulai menemukan teman-teman yang sangat baik, ku temukan arti teman yang sesungguhnya,dimana mereka yang selalu suport setiap kegiatanku, selalu ada jika aku membutuhkan bantuan, dan mereka tidak pernah iri dengan apapun yang kuraih. Waktu itu pemerintah dinas pendidikan yang bekerja sama dengan palang merah indonesia mengadakan suatu kegiatan yang tentuunya sasarannya adalah siswa SMP dan SMA sederajat, waktu itu sekolahku mengadakan seleksi yang diketuai oleh kakak kelasku, disitu aku ikut serta dalam seleksi tersebut sebagai calon peserta,
“Silahkan para calon peserta bisa memasuki ruang, karena seleksi akan segera dimulai.” Perintah salah satu kakak kelasku. Kami semua calon peserta bergegas masuk dan kakak kelas kami pun menjelaskan prosedur seleksi.
“Jadi kalian yang ada di ruangan ini adalah calon peserta jumbara PMR Wira, sebelum kami memilih peserta tetap, kami akan melakukan seleksi terlebih dahulu.” Ucap kakak kelasku sembari membagikan kertas yang berisi studi kasus.
Setelah kertas rampung dibagi, langsung kami dilatih berargumen dengan masing-masing studi kasus, entah kenapa disitu public speakingku semakin lancar, aku berbicara dan menyampaikan bebebrapa pendapat bahkan sanggahan dengan lancarnya tanpa rasa malu sedikitpun,tentunya aku sudah belajar dahulu sebelum berargumen agar nantinya omonganku tidak kosong, akhirnya akupun lolos seleksi sebegai calon peserta kegiatan tersebut, pertama kalinya aku mengikuti kegiatan ini otomatis antusiasku sangat tinggi dong, apalagi kegiatan ini mayoritas kegiatan bhakti jadi peluangku untuk belajar bersosialisasi dengan teman baru dan tentunya dengan lingkungan sekitar semakin luas, oh iya orang-orang di tenda sebelahku juga ganteng-ganteng otomatis makin semangat dong hehe,, setelah empat hari kami semua berkemah akhirnya kegiatan ini pun selesai, sekolahku membawa piala juara satu peserta tergiat dan piala kategori, betapa senangnya saat itu pengalamanku bertambah lagi dan tentunya aku selangkah lebih maju untuk nemuin passionku.
Dua bulan berlalu sekolahku mengadakan pemilihan anggota Osis baru, tentu ini peluang yang sangat berharga untuk terus mendapatkan ilmu dan pengalaman yang semakin asik dong, aku dan teman-temanku antusias sekali mengikuti seleksi ini, bahkan satu angkatanku yang jumlahnya tidak lebih dari 100 orang ikut berpartisipasi dalam acara pemilihan ini, dan selang waktu satu minggu pengumuman yang lolos sebagai anggota Osis pun ditempel dalam bentuk list di jendela-jendela kelas, aku pun lolos sebagai anggota osis baru, saat masih semangat-semangatnya berorganisasi akhirnya aku dapat panggilan dari guruku untuk mewakili kegiatan kemah budaya, senengnya kebangetan ngga si apalagi saat itu aku tau bahwa kakak kelasku ada yang naksir padaku dan kebetulan aku pun juga naksir padanya, akhirnya kami berpacaran setelah tak lama berkenalan, waktu itu aku lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan segala sesuatu untuk berangkat kemah budaya dari mulai persiapan perlengakapan sampai persiapan lomba yang diadakan diacara itu, tetapi pacarku ternyata bukan orang yang pengertian, sesekali dia marah karena aku sering tak membalas pesannya karena lelah atau karena memang aku jarang bermain handphone, dia buang muka saat bertemu aku disekolah, padahal saat itu aku juga sangat lelah karena persiapan kemah belum rampung semua, sampai akhirnya partner lombaku yang tak lain adalah kakak kelasku menjelaskan pada pacarku bahwa persiapan kemah ini memakan banyak waktu bahkan menghabiskan cukup banyak tenaga hingga membuat lelah yang berlebihan, akhirnya pacarku menyadari itu dan kami pun saling baikan lagi.
Hari kegiatan itu pun tiba, aku dan rombongan teman-temanku akan berkemah selama tiga hari, waktu itu aku khawatir meninggalkan pacarku berkemah selama tiga hari, ya tak lain karena salah satu teman cewekku ada yang juga naksir sama cowokku aku takut dia akan genit pada cowokku,
“Tolong jagakan cowokku ya, kalau dia genit pada cowokku langsung kabarin ya,” ucapku pada salah satu teman dekatku.
“Siap beres pokoknya, kamu ngga usah khawatir gitu dong, fokus dulu aaja sama lombanya.” Jawab temanku sembari membuatku sedikit tenang. Tanpa sadar aku bucin banget heheh