Tak terasa waktu berjalan sampai pada masa pernikahan kakakku, kakakku menikah pada usia 23 tahun, aku sangat bahagia karena sebentar lagi aku akan melihat orang hebat yang selama ini mampu menjadi backup orang tua akan segera menjemput kebahagiannya, kakakku menikah saat setelah bekerja ditempat yang lebih baik dari sebelumnya, dulu dia menjadi kasir disebuah restaurant chicken yang namanya cukup terkenal gajinya tidak seberapa dan jam kerjanya pun cukup berat, dia pernah berjanji pada orang tuaku bahwa dia akan menikah ketika dia sudah menumakan pekerjaan yang lebih layak dari itu, sampai akhirnya kakakku mencoba ikut daftar di sebuah kantor koperasi yang cukup besar di kotaku, saat itu dia tak yakin bisa lolos karena semua saingannya sarjana dan dia hanya seorang lulusan SMA, tapi karena kecerdasan otaknya dan tidak luput pula karena kerendahan hatinya dia bisa lolos mengalahkan puluhan sarjana, dan dibelakang semua ini ada mama yang selalu mengarahkan,memberi semangat dan terus mendukung agar rasa tidak percaya diri yang semula membuat kakakku tidak mau mencoba akhirnya hilang.
“Nduk mama ada info katanya ada sebuah koperasi di kota yang membutuhkan karyawan baru, kamu kan pintar nduk ayolah coba daftar siapa tau kamu lolos.” Kata mama kepada kakakku.
“Rusma tidak yakin ma, pasti saingannya sarjana lebih baik rusma tetap kerja di restaurant saja.” Jawab kakakku
“Percaya sama mama nduk kamu pasti bisa, apalagi kan disitu persyaratannya inimal SMA, ayo nduk mama akan terus ada dibelakangmu, jangan pernah lelah untuk mencoba ini kan juga untuk kebaikanmu.” Ucap mama dengan sangat meyakinkan.
“Baik ma, bismillah aku akan coba.” Jawab kakakku singkat.
Lagi-lagi mama menjadi tim sukses kami, kini kakakku telah menemukan pria pilihannya, yaitu pria yang baik,bertanggung jawab dan tentunya sangat menyayangi kakakku, aku yakin inilah jawaban dari semua doa dan kerja keras kakakku selama ini. Dan aku sangat bersyukur hikmah dari kakakku menikah adalah sekarang keuangan mama dan papa kian membaik, setidaknya apa yang aku butuhkan untuk sekolah bisa terpenuhi, termasuk sepeda motor.
“Alhamdulillah ya sekarang keluarga kita bisa jauh lebih baik dari sebelumnya.” Ucap mama pada aku dan adikku.
Bulan pun terus berganti hingga saat waktu perekrutan anggota Osis diadakan lagi, sekarang aku sudah menjadi kakak kelas, akan tetapi saat Latihan Dasar Kepemimpinan aku masih tetap dibina oleh kakak kelasku, saat pengembaraan LDK aku dan anggota osis lainnya berjalan kurang lebih 20 KM, waktu pemberangkatan memang aku sedang tidak begitu sehat, tetapi aku memkasa berjalan sampai finish.
“Kak,boleh ngga si kalau mau izin tidur,badan saya rasanya lemas sekali.” Ucap lemasku sambil berbaring.
“Kalau lelah gapapa istirahat dulu.” jawab singkat kakak panitia.
Belum sampai mulutku diam tiba-tiba nafasku semakin tidak teratur, dan badanku mulai kaku terasa ada yang masuk ke badanku, pada saat itulah pertama kalinya aku mengalami kerasukan, tidak banyak hal yang aku ingat saat itu, yang aku tahu aku menangis dan menjerit tidak bisa dikendalikan, tak terasa tiga hari sudah aku melewati kegiatan tersebut dan akhirnya aku pulang kerumah, waktu itu aku tidak berani cerita dengan keluargaku tentang apa yang aku alami saat LDK, karena kupikir itu karena badanku yang terlalu lelah dan aku yakin kejadian itu tidak akan terjadi lagi jadi tidak ada yang perlu diceritakan dan dikhawatirkan.
Bulan November pun datang, waktu itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kembali mengadakan kemah budaya, tak banyak yang aku persiapkan untuk itu karena waktunya sangat mepet dengan pelaksanaan, aku hanya berbekal dengan pengalaman kemah budaya tahun lalu.
“Anak-anak tahun ini kita mempersiapkan untuk kemah dengan fasilitas seadanya ya, karena mnegingat waktu yang sudah sangat mepet, ibu akan membagi tugas untuk kalian masing-masing.” Ucap guruku sambil membagi tugas untuk aku dan temanku.
Aku medapatkan jatah lomba geguritan lagi, aku juga tidak banyak belajar membuat gurit waktu itu. Hari pemberangkatan kemah budaya pun datang, bisa dibilang antusiasku masih tetap tinggi untuk mengikuti kegiatan tersebut meskipun persiapannya tidak sematang tahun lalu, kegiatannya kurang lebih masih sama seperti tahun lalu, hanya saja kali ini aku sedikit lemas karena persiapan sekolahku tidak matang seperti sekolah-sekolah lain, contohnya tenda dan pendamping. Dengan alat seadanya kami mendirikan tenda yang bisa dibilang sangat kalah jauh dengan tenda-tenda sekolah lain, waktu itu pendamping kami pun sangat tidak tetap, bahkan sering tidak didampingi, tapi apa boleh buat kegiatan harus tetap dijalani walaupun fasilitas dari sekolahku tidak memadai, hari kedua saat perkemahan waktu itu menunjukan jam enam pagi dan di matriks acara ada senam pagi, saat mengikuti senam pagi badanku terasa lemas dan detak jantungku tidak beraturan, tetapi aku tetap mengikuti snam pagi sampai akhir, ketika senam sudah selesai dan kami semua bersiap untuk srapan pagi saat itu juga sesuatu kembali merasuki tubuhku, suasana pun berubah menjadi tidak kondusif karena panitia pun panik, aku tidak ingat jelas ketika aku sedang kerasukan yang aku tahu saat itu panitia memnaggil ustadz di daerah itu, dan kata sang ustadz ternyata selama ini aku diikuti sesosok perempuan yang ada di SMA ku, dia selalu berontak jika tubuhku lelah, dan saat itupun aku jadi tahu kenapa saat badanku terlalu lelah aku selalu kerasukan, kejadian itu membuat jadwal lomba ku terhambat, padahal sebentar lagi aku harus mnegikuti lomba tapi fisikku masih sangat lemas, panitia melarangku untuk tidak ikut lomba dan tetap istirahat di sekretariatan, tetapi pikirku akan percuma lagi kalau aku berangkat tapi tidak jadi ikut lomba,rasanya sangat sia-sia semangatku ini.
Akhirnya aku memaksakan untuk tetap mengikuti lomba, aku berangkat ke tempat lomba dengan fisik yang masih sangat lemah, aku selalu berusaha agar keadaan lemahku tidak dilihat oleh teman-teman dan juri.
“Teman-teman tadi peserta yang sakit mana ya.” Ucap salah satu juri sembari menyiapkan barisan
“Saya pak.” Jawabku
“Kamu istirahat saja atau mau tetap ikut lomba mba?” tanya juri.
“Saya akan tetap mengikuti lomba pak, Insya Allah ini sudah mendingan.” Jawabku