Bau Peapi

Reni Hujan
Chapter #6

Eksekusi

Arman tidak main-main saat meminta Namira memasak Bau Peapi. Setiap hari, laki-laki itu terus merengek. Namun, ia tidak peduli dengan alasan sang istri yang terus menolak membuat makanan khas Mandar itu. Penjelasan Namira tentang beberapa bahan yang tidak bisa ditemukan di Malang dianggap bukan sebagai alasan.

“Resepnya emang simpel tapi bahannya ada yang sulit didapat, Kak,” jelas Namira yang matanya tengah tertuju pada layar ponsel. Ia sedang menikmati drama Korea berjudul Crash Landing on You dengan pemeran utama aktor Hyun Bin.

“Diganti bahan lain saja, Mi.”

Namira mengerutkan kening. Ada tiga bahan yang tidak bisa didapat di Malang. Asam mangga, daun bawang Mandar, dan minyak kelapa khas Mandar. Ia bisa saja menggantinya dengan belimbing Wuluh, bawang merah, dan minyak goreng biasa. Namun, satu masalahnya, Namira belum pernah mencicipi rasa asli dari Bau Peapi itu sendiri. Tentu lidahnya tidak bisa mengukur tingkat kemiripin masakannya dengan yang autentik .

“Kakak saja nggak bisa jelasin dengan detail rasanya. Gimana aku mau masak, Kak?”

Rengekan Arman sedikit membuatnya jengkel. Saat dirinya ingin bertanya langsung pada Bu Hamidah, suaminya itu melarang. Arman tidak ingin terlihat tengah merindukan keluarganya.

“Masak saja sendiri,” ujar Namira ketus. Ia kembali fokus pada drama di hadapan.

“Oke. Jangan protes kalau dapur jadi hancur.”

Namira menengadahkan kepala. Matanya membeliak mendengar kata hancur. Sejak menikah, Arman belum pernah sekalipun bereksperimen dengan bahan makanan di dapur. Namun, Namira telanjur kesal dengan siap egois suaminya itu. Laki-laki itu terlalu gengsi untuk mengakui bahwa tengah merindukan kampung halaman.

Arman sudah berada di dapur untuk mulai menyiapkan bahan. Google dengan setia menemani laki-laki yang gemar bermain futsal tersebut. Ia menengok kulkas satu pintu di pojokan, ada ikan Kembung. Arman mengambil dua buah, lalu membersihkan kotoran dan selanjutnya melumurinya dengan jeruk nipis.

“Mi! Merica ada di mana?”

“Di botol. Cari aja di bawah kompor.”

Namira masih sibuk dengan tontonannya. Matanya menyipit saat mendengar suara keras dari ulekan dan cobek yang saling beradu.

“Susah amat ngulek merica!” pekik Arman dari dapur.

“Badan doang gede, ngulek Merica saja sampai kedengaran tetangga suaranya,” gumam Namira tanpa menyahuti ucapan suaminya.

Tiga puluh menit berlalu. Arman dengan puas membawa hasil masakannya ke ruang depan. Ia juga sudah menyiapkan nasi di piring. Laki-laki itu menatap olahan ikan di mangkuk. Ia merasa ada yang aneh dengan Bau Peapi versinya.

“Nami! Sini makan. Udah matang, loh.”

Arman mulai menikmati masakannya. Rasanya memang jauh dari yang ada di Mandar. Namun, ia sangat menghargai hasil kerja kerasnya sendiri. Dengan lahap, Arman menikmat makanannya seorang diri.

Namira muncul dengan Es Tape Ketan Hitam di tangan. Wanita itu memanfaatkan tape yang diberi tetangga dengan mengolahnya bersama santan kelapa dan sedikit gula. Untuk mempermanis tampilan, Namira menaruh selembar roti tawar dengan olesan sirup Cocopandan di atasnya. 

Lihat selengkapnya