Bawa Aku Pergi

siucchi
Chapter #7

[ 7. Baru ]

Jalanan sepi membawa mereka lancar menyusuri kota. Bandung sudah dimasuki. Robi bilang tujuan mereka ke pantai yang terletak di kabupaten Garut. Pantai Santolo, tempat tinggal Vivi, personil terakhir sebelum mereka terbang mengelilingi dunia. Namun sebelum mencapai destinasi, mereka mampir ke masjid dan menunaikan sholat fajar sebagai musafir.

Mentari mulai mendaki singgasana, jalan raya kian ramai oleh transportasi darat yang sibuk dengan atensi masing-masing. Jeep merah menepi ke pagar yang membatasi pantai, menghadap perkampungan yang berbanjar di depan. Masing-masing penduduknya sudah mulai beraktivitas. Ada yang menyiapkan karung sampah, ada pula yang sudah menarik gerobak.

"Biar aku yang jemput," ujar Bayu menggumam, karet sabuk pengaman dilepas, pria bertubuh ringkih lantas keluar dari mobil.

"Aku ikut, deh," sahut Risa cepat. "Tadi aku malah tidur saat menjemput Sasha, biar kutebus sekarang."

Bayu mengangguk maklum, Robi menahan diri—tak jadi turun dan membiarkan Risa mengambil alih. Sasha ingin bersuara, namun mulutnya seketika terkunci. Ia bingung harus apa. Ingin bertanya apa yang harus dilakukan, tapi yang tersisa hanya Robi.

"Mau lihat pantai?"

Sasha mengerjap, menghadap lurus ke jok depan. "Eh? Tidak apa-apa?"

"Situasi dan kondisi yang satu ini beda dengan kamu," Robi terkekeh. "Vivi tidak minggat, dia bisa pergi kapan saja, haha."

Tersinggung sedikit, Sasha mengangguk saja.

Robi melepas seat belt dan membuka pintu, "Ayo, sebelum mereka datang."

Sasha mengikuti pergerakan Robi, keluar dari mobil dan beranjak menuju celah pagar, menginjak pasir cokelat—yang warnanya semakin pudar di bagian depan—kemudian berdiri di atas susunan batu kali, Robi tidak melangkah ke permukaan yang melandai, Sasha berhenti dan berdiri sejajar dengannya. Menatap lurus ke arah sunrise yang sudah separuh tampak di atas permukaan laut. Mengagumi spektrum warna yang tampil angkuh memenuhi langit biru.

"Aku suka laut yang tidak ada orangnya."

Bersamaan dengan semilir angin sejuk kalimat itu hinggap di telinga. Dicerna, dipahami maksudnya. Siapa tahu bermakna ganda, sehingga Sasha tidak lagi perlu bertanya apa arti ucapan rekan barunya.

"Kau suka laut?" Robi menoleh sekilas, kemudian mengerahkan pandangnya lagi ke dirgantara.

"Ya," jawab Sasha pelan. Seluruh tubuhnya masih fokus menerima rangsangan udara. Membiarkan diri dimanjakan panaroma dunia. Matahari, langit, laut, dan segala keindahannya, Sasha resapi tanpa tanya.

"Vivi tinggal di dekat sini, namun dia membenci laut, haha."

Sasha menoleh, mengangkat kedua alis. "Mas Robi tahu banyak, ya...." gumamnya pelan.

Robi menggeleng, "Panggil Robi saja, dan... Bayu yang memberitahu, aku belum pernah berbicara dengan Vivi langsung."

Sasha mengernyit, "Eh? Kukira...."

Lihat selengkapnya