Setelah melalui banyak konflik dan ketegangan, Aditya dan Sinta berada di titik di mana pengampunan menjadi kunci untuk melanjutkan hidup mereka. Masing-masing harus menghadapi perasaan mereka dan memutuskan apakah mereka siap untuk memaafkan dan mengatasi masa lalu yang penuh luka.
Sinta memulai perjalanan menuju pengampunan dengan mengunjungi seorang konselor. Dalam sesi-sesi tersebut, dia belajar tentang pentingnya melepaskan kemarahan dan rasa sakit yang telah mengganggu hidupnya. Konselor membantu Sinta untuk memahami bahwa memaafkan tidak hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk kesejahteraan dirinya sendiri.
Di tengah proses ini, Sinta mulai menulis surat kepada Aditya. Dalam suratnya, dia mengungkapkan perasaannya, tidak hanya tentang rasa sakit yang dia alami, tetapi juga tentang harapan untuk masa depan. Meskipun dia belum sepenuhnya memaafkan, menulis surat ini memberinya rasa lega dan membantu mengklarifikasi pikirannya.