Hari Berikutnya Setelah Kecelakaan
Lokasi Kecelakaan di Puncak, Rumah Sakit, Istana Negara, dan Persembunyian Nisa
Pak Udin, petani teh tua itu, masih gemetar saat memberikan keterangan pada petugas polisi pertama yang tiba di lokasi. Penemuan bangkai sedan hitam mewah di dasar jurang dangkal dekat kebun tehnya pagi itu adalah pemandangan paling mengerikan yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Ia dan beberapa rekannya berhasil menuruni lereng, memastikan kondisi korban sebelum menghubungi pihak berwenang. Seorang gadis muda tewas di kursi penumpang, dan seorang pemuda di kursi kemudi terluka parah tapi masih bernapas lemah.
Tim SAR gabungan, polisi, dan ambulans segera tiba, memecah kesunyian pagi di jalur Puncak yang sepi itu dengan suara sirene dan derap langkah petugas. Evakuasi Alex Satria dari mobil yang ringsek berlangsung dramatis. Tim medis harus bekerja ekstra hati-hati mengeluarkan tubuhnya yang terjepit, menstabilkan kondisinya sebelum membawanya naik menggunakan tandu darurat. Luka di kepalanya cukup parah, lengan kirinya jelas patah, dan ia masih belum sepenuhnya sadar, hanya mengerang pelan sesekali. Sementara itu, jenazah Clara Anastasia dievakuasi secara terpisah, ditutupi kantong jenazah berwarna oranye terang yang kontras dengan hijaunya semak belukar.
Begitu kartu identitas Alex Satria ditemukan di dompetnya, kabar itu langsung menyebar seperti kilat di antara para petugas. Putra Presiden Republik Indonesia! Ini bukan kecelakaan biasa. Tim forensik dari Polda Jawa Barat dan bahkan Mabes Polri segera dihubungi untuk mengambil alih penyelidikan TKP. Garis polisi dipasang, area disterilkan, dan setiap detail di sekitar lokasi kecelakaan diperiksa dengan cermat.
Alex dilarikan ke RSUD Ciawi untuk penanganan awal, kemudian segera dirujuk ke rumah sakit VVIP di Jakarta dengan helikopter medis begitu kondisinya memungkinkan untuk dipindahkan. Pengawalan super ketat menyertainya, bukan hanya karena statusnya sebagai anak Presiden, tapi juga karena ia kini adalah saksi kunci—dan mungkin tersangka utama—dalam kecelakaan maut ini.
Di ruang perawatan intensif rumah sakit di Jakarta, beberapa jam kemudian, Alex perlahan mulai sadar sepenuhnya. Rasa sakit berdenyut hebat di kepala dan lengannya. Ingatannya tentang kejadian mengerikan kemarin sore kembali menghantamnya—pertengkaran hebat dengan Clara, teriakan histeris Clara, gerakan tangan Clara meraih kemudi, benturan keras, kegelapan... lalu Clara yang tak bergerak di sampingnya. Rasa ngeri dan bersalah kembali mencekiknya.
Belum sempat ia mencerna traumanya sepenuhnya, dua orang penyidik polisi berwajah serius sudah duduk di samping ranjangnya, didampingi seorang perawat dan pengacara yang baru saja ditunjuk oleh Reza Satria.