Rumah Sakit VVIP Jakarta, Istana Negara, Media Massa, dan Persembunyian Nisa
Gelombang badai yang menerpa keluarga Presiden Farha-Satria seolah belum mencapai puncaknya. Justru ketika publik dan Istana masih mencoba mencerna tragedi kecelakaan maut Alex dan Clara serta “sakit”-nya Presiden Nisa, sebuah fakta baru yang jauh lebih mengejutkan dan memberatkan terungkap ke permukaan, lagi-lagi melalui “bocoran” yang dengan cepat disambar oleh media-media yang haus sensasi.
Hasil otopsi resmi jenazah Clara Anastasia telah selesai. Dan isinya—yang seharusnya bersifat rahasia untuk kepentingan penyelidikan—entah bagaimana bisa sampai ke tangan faktaindonesia.com dan beberapa portal berita lainnya. Judul-judul berita pagi itu serempak, dicetak tebal dengan huruf kapital semua, seolah berlomba meneriakkan skandal terbaru:
"HASIL OTOPSI CLARA ANASTASIA: POSITIF HAMIL BEBERAPA MINGGU SAAT TEWAS!"
"Tragedi Puncak Bertambah Kelam: Pacar Putra Presiden Ternyata Sedang Mengandung?"
"MOTIF BARU KECELAKAAN MAUT? Alex Satria Diduga Panik Karena Kehamilan Clara?"
Berita ini meledak jauh lebih dahsyat dari berita kecelakaan itu sendiri. Jika sebelumnya publik masih terbelah antara simpati pada Alex sebagai korban kecelakaan dan kecurigaan sebagai penyebabnya, kini opini publik seolah berbalik arah dengan cepat. Fakta kehamilan Clara memberikan “motif” yang begitu jelas dan mudah dicerna bagi publik yang sudah terlanjur skeptis terhadap keluarga Presiden. Narasi yang terbentuk begitu cepat: Alex menghamili Clara, lalu panik atau marah, dan menyebabkan kecelakaan (atau bahkan sengaja mencelakai) untuk menutupi aib tersebut.
Di kamar perawatannya, Alex Satria mendengar berita itu dari perawat pagi yang tampak kikuk dan salah tingkah saat mengganti infusannya. "Maaf, Dik Alex ... ada berita terbaru soal ... soal almarhumah Clara," ujar perawat itu hati-hati, menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan salah satu judul berita.
Alex membaca judul itu, lalu meminta perawat membacakan isinya. Saat kata “hamil” terucap, dunia Alex seolah runtuh untuk kesekian kalinya. Hamil? Clara hamil? Kepalanya yang masih sering pusing terasa semakin berdenyut hebat. Ini tidak mungkin! Ia mengulang kalimat itu dalam hati, lalu menyuarakannya dengan panik.