Bayang-bayang Kematian di Kursi Nomor Satu

Shabrina Farha Nisa
Chapter #13

Tekanan pada Reza

Masih di Minggu Kedua Sejak Nisa “Sakit”

Istana Negara, Rumah Sakit VVIP Jakarta, Kantor Reza Corp

Jam di dinding ruang kerja sementara Reza di Istana menunjukkan pukul dua dini hari, tapi tidur terasa seperti kemewahan yang mustahil ia raih. Matanya perih karena kurang istirahat, kepalanya berdenyut oleh rentetan masalah yang tak kunjung usai, dan dadanya terasa sesak oleh campuran amarah, ketakutan, dan kerinduan yang tak terperi pada Nisa. Ia baru saja memaksakan diri untuk tidur beberapa jam di sofa ruang kerja setelah seharian penuh berlari dari satu krisis ke krisis lainnya, namun mimpi buruk tentang Alex yang menangis di ruang sidang atau Nisa yang tersesat sendirian di jalanan gelap segera membangunkannya kembali.

Ia bangkit, mengusap wajahnya kasar, lalu berjalan menuju jendela besar yang menghadap taman Istana yang gelap dan sunyi. Di mana kamu, Nisa? Apakah kamu aman? Pertanyaan itu terus bergema di benaknya, menyiksanya tanpa henti. Tim pencari rahasia yang ia bentuk belum menemukan satu petunjuk pun. Nisa seolah lenyap ditelan bumi, meninggalkan Reza sendirian memikul beban yang terasa semakin berat setiap harinya.

Hari-hari Reza kini terbagi menjadi tiga medan perang yang sama-sama menguras jiwa:

Medan Perang Pertama: Rumah Sakit. Menjenguk Alex adalah prioritas utamanya, namun juga sumber kepedihan terdalam. Putranya itu, yang dulu ceria dan penuh rasa ingin tahu, kini lebih banyak diam, menatap kosong ke luar jendela kamar perawatannya yang mewah namun terasa seperti sangkar emas. Luka fisiknya memang mulai pulih, tapi luka batinnya terlihat begitu dalam. Trauma kecelakaan, kematian Clara, dan statusnya sebagai tersangka utama membuatnya menarik diri.

"Pengacara bilang apa hari ini, Yah?" tanya Alex suatu sore, suaranya terdengar datar tanpa emosi saat Reza mengupas apel untuknya.

Reza mencoba tersenyum, menyembunyikan kecemasannya. "Mereka bekerja keras, Nak. Mencari bukti baru. Kita tidak boleh menyerah."

Lihat selengkapnya