Minggu Kelima Sejak Nisa “Sakit”
Istana Negara, Jakarta dan Sekitarnya, Lokasi Aman Nisa
Sementara investigasi rahasia terhadap Sarah Wijaya terus berjalan alot di latar belakang—mengumpulkan bukti finansial dan komunikasi yang mencurigakan namun belum cukup untuk konfrontasi—Nisa Farha, Angel Marina, dan Reza Satria memutuskan untuk membuka front penyelidikan baru yang tak kalah pentingnya: mengungkap kebenaran di balik tragedi Clara Anastasia. Membersihkan nama Alex dari tuduhan menghamili dan membunuh Clara kini menjadi prioritas mendesak, tidak hanya demi masa depan Alex, tapi juga untuk mematahkan salah satu senjata utama yang digunakan musuh untuk menghancurkan keluarga mereka.
"Kita harus tahu siapa ayah janin itu sebenarnya," ujar Nisa tegas dalam salah satu sesi komunikasi terenkripsi dengan Angel dan Reza. "Dan kita harus tahu apakah kecelakaan itu murni kecelakaan akibat pertengkaran, atau ada unsur sabotase."
Reza, dengan sumber daya dan jaringannya yang luas di luar lingkaran Istana, mengambil alih komando untuk bagian investigasi ini, tentu saja dengan sangat hati-hati dan menggunakan pihak ketiga yang bisa dipercaya mutlak kerahasiaannya.
Menelusuri jejak kehamilan Clara:
Reza menugaskan tim investigasi swasta terbaik—tim yang sama yang kadang ia gunakan untuk uji tuntas bisnis atau masalah korporat sensitif—untuk menggali informasi tentang kehidupan pribadi Clara Anastasia di luar sekolah. Mereka bekerja diam-diam, menyamar sebagai pekerja sosial atau peneliti akademis, mewawancarai tetangga di sekitar rumah kontrakan Clara, teman-teman bermain adiknya, bahkan beberapa kerabat jauh yang mungkin tahu sesuatu.
Informasi awal yang terkumpul melukiskan gambaran yang konsisten dengan apa yang Alex ceritakan: Clara adalah gadis yang cerdas, ambisius, pendiam, berasal dari keluarga sederhana yang penuh tekanan. Ibunya bekerja keras, neneknya sakit-sakitan. Tapi ada satu detail kecil yang menarik perhatian investigator utama: beberapa tetangga samar-samar menyebut tentang “kedekatan” yang agak “aneh” antara Clara dengan tukang kebun paruh baya yang kadang bekerja di beberapa rumah di gang mereka, termasuk di dekat rumah kontrakan Clara. Tukang kebun itu, pak Jono namanya, dikenal sebagai pria pendiam, agak kasar, dan sering mabuk.
Tim investigasi Reza mulai fokus pada pak Jono. Mereka mengamatinya dari jauh, memeriksa latar belakangnya. Ternyata pak Jono punya catatan kriminal kecil di masa lalu—perkelahian dan mabuk-mabukan. Mereka juga berhasil mendapatkan informasi (dari obrolan warung kopi yang direkam diam-diam) bahwa pak Jono sering mengeluh kekurangan uang dan pernah sesumbar “kenal orang penting” yang memberinya “uang tutup mulut”.